Senin, 13 April 2009

Review : ( 9 April 2009 ) "Bangsa Buih"


Omaigot!!!......... Setengah shock, aneh, tapi lebih banyak sedihnya ketika lihat hasil quick count dari berbagai survey baik dari LSI, LP3S maupun lembaga survey yang lain. Ternyata yang menjadi favorit rakyat adalah partai yang (menurut saya pribadi) belum kompeten baik dari segi motor politik maupun "kualitas pengurus dan keanggotaannya". Taruh lah yang menjadi garnis pemanis hanyalah kekuatan lokomotifnya yaitu sebut saja "beliau S" ...No hard feeling buat simpatisannya, hanya kritik pribadi semoga bisa membangun ^^

Hebatnya, ternyata yang non partisan alias GOLPUT hampir 40% dan itu 2x lipat perolehan suara pemenang pemilu. Carut marutnya DPT yang berhak ikut memilih, bagaimana bisa orang udah pada meninggal tetap saja dikasih undangan nyontreng? begitu banyak keluarga yang terlewat dari daftar DPT padahal sehat walafiat dan KTPnya pun ada? Apakah dengan seperti ini masih bisa dikatakan pemilu sukses?

Saya pun berhak memilih (untuk) tidak memilih.Meskipun sebagian besar banyak saudara kita yang sangat ingin menyalurkan aspirasinya tapi tidak bisa karena tidak terdaftar dalam DPT.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, saya pun tidak memilih karena ?
Sistem pemilu tentang popular vote yang menyamaratakan "one man one vote" >>> Menurut saya pribadi, ini sangat lah tidak adil... Kenapa? karena setiap orang dianggap mempunyai nilai suara yang sama! Mungkin Pemerintah beranggapan bahwa setiap WN mempunyai hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul dst (pasal 28) dan berhak untuk dipilih dan memilih. Tapi saya sendiri sangat gak ikhlas dengan ketentuan ini. Mosok suara seorang alim ulama harganya sama dengan suara seorang penjudi, pezina, pemabok, koruptor bahkan narapidana? Adil gak jika suara orang yang berpendidikan bisa membedakan mana yang baik dan buruk, bisa menggunakan akalnya untuk mendukung kemajuan bangsanya, disamakan dengan seorang buta huruf gak lulus SD yang berhitung aja cuma sampai angka 10? Mosok suara orang yang diotaknya hanya ada pikiran banteng maupun beringin ataupun kabah, gak peduli ama yang lain dan fanatik sempit, sama kualitasnya dengan orang yang terbuka dan fair? Dimana sisi keadilan?

Harusnya kualitas dan kuantitas suara dibedakan secara gradual, ada gradingnya... bukan sama rata, satu orang satu suara! Tuhan pun pernah menyinggung kita...."Apakah sama antara orang yang mengetahui(berakal) dengan orang yang tidak mengetahui?"

Toh kalo berdalih bahwa setiap WN punya civil right yang sama sebenarnya juga gak mutlak terbukti benar! Kalo setiap WN punya hak yang sama maka anak SD atau SMP pun harusnya juga bisa memilih untuk menentukan nasib bangsa! Tapi kenyataannya yang berhak milih dibatasi dengan aturan ini itu...dari yg udah berumur 17+, harus punya KTP, dan parahnya punya KTP pun belum tentu bisa milih karena harus tercatat dalam DPT. Permainan macam apa lagi ini?

HANYA TERJADI DI INDONESIA :

- Caleg yang beliaunya sudah meninggal 22 maret lalu, di pemilu kemaren menjadi terpilih no 1 di dapil banten III (Sdr Sutradara Gintings).

- Caleg yang jelas2 ketangkap tangan oleh KPK kasus korupsi, meraih no 1 dengan suara yg sangat2 signifikan di dapil sulsel (Sdr Abdul Hadi Jamal).

Ini yang bodoh sapa?

APAKAH YANG SEPERTI INI MASIH BISA DI KATAKAN SUARA RAKYAT = SUARA TUHAN?

Semurah itukah suara Tuhan? hanya tergadai dengan lembaran rupiah? terbayar dengan seuntai janji?

Saya melihat bangsa kita ini hanyalah seperti buih.... jumlahnya banyak tapi gampang terombang-ambing kesana kemari! Tidak mempunyai konsep dan ideologi yang jelas. Waktu pemilu 1999 booming semuanya merah menang mutlak "konon membela orang yang terzolimi" di pemilu 2004 kemaren mulailah sedikit merapat membiru "konon kapan lagi presidennya ganteng?" dan mencapai klimaksnya di pemilu 2009...Lanjutkan...padahal di benak yang milih hanya terkesima dengan sosok "beliau S" sehingga rela menitipkan suaranya tanpa mengetahui siapa yang dititipkan, dan bagaimana moralitas dan kapabilitasnya? So pity...

Fenomena apakah ini Saudara-saudaraku?

Bukan mata yang tidak bisa melihat...bukan pula telinga yang tidak bisa mendengar, melainkan hati yang telah buta dan tuli.

Jangan menjadi bodoh dan mau dibodohi! Karena bodoh menjadikan kita miskin, dan miskin mendekatkan kita pada kekufuran...!

Saya cuma bisa berharap, semoga yang terpilih menjaga amanah, dan yang sudah memilih senantiasa berdoa dan mengawasi semoga Beliau2 yang terpilih tetap berada di jalur yang benar demi kemajuan republik ini... Amiin

13 komentar:

Kiki mengatakan...

Terlepas dari segala atribut partai dan embel2nya, yg patut disayangkan adlh kurangnya informasi mengenai seluk beluk "pemilu" kepada masyarakat, yg seharusnya tdk hanya menjd tanggung jwb pemerintah saja, namun jg kita jg sbg org awam yg mungkin saja "lebih mengerti" dibandingkan yg lain, sehingga tdk akan dgn mudah tertipu begitu saja dgn janji2 omong kosong oleh para caleg jikalau mereka terpilih dgmn mengiming2i hadiah kl kita memilih mereka..
Pendidikan politik berhak diperoleh oleh masyarakat karena suara mereka sgt menentukan ke mana roda pemerintahan akan berputar. Maka masyarakatkanlah pemilu sebagaimana mestinya kepada masyarakat, sehingga mereka paham benar siapa yg akan mereka pilih sbg org yg akan menjalankan roda pemerintahan, dan sistem seperti apa yg akan dipakai utk mendukung proses pemilu yg luber, bersih dr manipulasi dan semoga bs mencapai hasil terbaik yg kita inginkan bersama2,,,hehe,,,

de Messenger mengatakan...

^^ ceile... Kiky kadang2 bisa dahsyat juga neh :p

Ya benul itu, lebih pada "kepedulian" untuk berbagi pemahaman yang menjadi PR bangsa ini. Yang di lain sisi, keadaan "quo bodoh" yang seperti itu yang justru dijadikan ladang bagi politikus busuk.

the color of my life mengatakan...

jariku bebas dari tinta

de Messenger mengatakan...

^^ @color... kenapa bbas dr tinta? apa alasannya hayo ngaku?

the color of my life mengatakan...

@ Messeng:
alasannya bebas dari tinta karena tidak di celupin, kalo di tanya lebih jauh lagi jawabannya karena saya memilih untuk tidak memilih alias tidak menggunakan hak suara saya.
Jika anda masih ngotot untuk bertanya: mengapa saya tidak menggunakan hak itu sedangkan banyak orang yang ingin memilih/menggunakan hak pilihnya tapi karena satu dan lain hal namanya tidak tercantum sebagai DPT (well kok singkatannya sama kek imunisasi anak-anak ya?? okay back to topic).

maka jawabannya adalah:
karena kebimbangan saya dalam memilih partai yang mewakili suara hati saya, karena tidak ada satu pun (ini hanya pendapat dari sudut pandang seorang ula) dari partai-partai yang ada benar-benar mewakili rakyat dan memikirkan rakyat Indonesia. Partai kuning kurang bisa menjelaskan program reformasi hukum, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, dan hubungan luar negeri telah membuat keraguan yang dalam pada diri saya, Partai hijau sibuk dengan konflik internal nya sendiri, Partai biru terlalu menggantungkan diri pada sosok yang bernama *S (saya pun ragu apakah program partai itu adalah program/ide dari sang *S atau dari partai?), Partai Burung: terus terang telah mencuri perhatian saya dengan iklan nya yang besar-besaran but that also lead me to a question, dari mana dana itu? Namun sayang, saya juga tidak melihat program reformasi hukum, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, dan hubungan luar negeri menjadi perhatian utama dalam program partai ini, sejauh yang saya tahu Partai ini hanya mengandalkan program ekonomi. Saya juga melihat kecenderungan kultus individu dalam tubuh Partai ini terhadap sosok mantan jenderal pasukan elit di negeri ini..

Kebingungan-kebingungan tersebut membulatkan tekad saya untuk tidak mencelupkan jari saya.. ^_^

sudah kejawab kan pertanyaannya???

de Messenger mengatakan...

^^ ur my gal... gt dong, dahsyat!

itulah kenapa saya mencoba menorehkan uneg2 ke dalam tulisan, mencoba mendapatkan share dr berbagai akal dg perspektif berbeda.

toh kalo mo dikerucutkan, sebenarnya anda tidak memilih karena ragu dan merasa "tidak cukup teryakinkan" oleh barisan partai yang ada. make sense..

itulah negara yang kita cintai (sigh....)
negara primordial, masih menuhankan figur dan menafikkan sistem.

negara idol2an...!

the color of my life mengatakan...

dan juga kenapa sih hrs ada byk partai sih? dari hasil count aja ada yg perolehannya cuma 0%. Kan itu juga hanya habis2kan uang negara aja??? Uang negara berarti uang rakyat juga kan?

Benar2 pemborosan untuk hal yang tidak berguna!!!!!!

de Messenger mengatakan...

...dimana ada hasrat dan kepentingan, disana ada aja "yang dikorbankan"

barbie mengatakan...

Sayang yah banyak orang yang tidak terdata sebagai pemilih padahal ada KTP
Banyak caleg yg ga mutu nyalon, mestinya di test dulu, psikotest, test kesehatan, assesment test, fit and proper test,test mental klo perlu, kebukti setelah pemilu banyak yg stress kalah pemilu
Presiden hendaknya orang yg ga malu2in klo ketemu sama pemimpin negara lain, bisa politik dan bahasa inggris lah minimal, dan harus cerdas

de Messenger mengatakan...

....Presiden hendaknya orang yg ga malu2in klo ketemu sama pemimpin negara lain, bisa politik dan bahasa inggris lah minimal, dan harus cerdas... ---> Prabowo nguasai 5 bahasa asing, sby juga masuk,... ehm2 :D


*harus ada reformasi kepartaian, jangan sampai partai hanya jadi wahana untuk memperjualbelikan suara rakyat yang notabene suara Tuhan. Mosok yang makilin suara Tuhan kualitasnya kek gt? ampun dah...tobat tobat...

Tommi Marsetio mengatakan...

Assalamu'alaikum Warrahmatullah...

Kenal ama aku kan? Hehehee...
Mas, klo diperhatiin skrg, lg pd ribut tuh menggugat hasil pemilu yg katanya hasilnya tidak murni alias banyak dimanipulasi. Dan semalem aku liat di Tv, banyak caleg2 daerah yg protes ke KPU gara2 hasil penghitungan suara yg mereka anggap ga adil.

Well, ini sbnrnya pengen majuin bangsa atau berebutan kursi kekuasaan sih??? Ini yg jadi pertanyaanku skrg mas.

Atau apakah ini rencana besar ALLAH SWT, yaitu menampakkan "kebelangan" para caleg dan partai2 sedini mungkin agar rakyat Indonesia jadi bisa melihat bagaimana sbnrnya perilaku dan watak busuk mereka yg disembunyikan dibalik janji2 manis tp palsu yg keluar dari mulut serigala.

Wah untunglah pemilu kemaren aku nyontreng semua calon, bukan golput, tapi goltam (golongan hitam) wakakakakak...

:f

de Messenger mengatakan...

:~ wakakkakak....ada pula yang baru GOLTAM.

Allohua'lambisshawab... Ato sebenarnya udah jauh hari ditunjukkan bukti bahwa demokrasi itu sendiri hanyalah seperti keranjang sampah yang bobrok. Toh kalo ditilik dari kejayaan bangsa yang dulu, kepemimpinan itu diteruskan dari yang paling kapabel terhadap moral maupun pengetahuan dunianya...bukan seperti bagi2 kue, banyak2an suara seperti sekarang!

*Mo pencoleng sekalipun, selama dia mungkin jadi ketua partai besar... trus dicalonkan jadi pemimpin bangsa, dan unfortunately akhirnya dipilih dengan suara terbanyak "berdalih suara rakyat" maka dia berhak MEMIMPIN kita. -----> ini buah dari democrazy agung tersebut. :|

Anonim mengatakan...

Vox populi vox Dei .... suara rakyat suara Tuhan .. rakyat yang mana? ... roh hayat. People trustee dan Private trustee harus dibedakan. Makanya ada Perdana Menteri/Presiden, dan ada Yang Dipertuan Agong/Kaisar/Raja/Ratu. Makanya ada Sultan, ada Susuhunan. Ada umaro, ada ulama. Lebih bagus lagi kalau ada Pandita Ratu .... kayak King Solomon atau Nabi Sulaiman as ... ma'af kalau salah.

Posting Komentar