Jumat, 01 Mei 2009

(Review) : Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Sariro Soko Busono


Di tulisan sebelumnya, saya sudah mencoba mengulas filosofi jawa Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake. Di kesempatan ini saya mencoba untuk mereview folosofi jawa yang juga sangat terkenal yaitu "Ajining diri soko lathi, ajining sariro soko busono".
Untuk filosofi ini, saya membahasanya dalam 2 hal yang berbeda dan tersendiri, mengingat keduanya memiliki perspektif yang berbeda.

Ajining diri soko lathi ---> ini diartikan bahwa "setiap orang itu dihargai dan dihormati karena lidahnya" dalam artian bisa menjaga tutur kata dengan senantiasa berbicara benar, dapat dipercaya dan tidak berlebihan.

Sungguh esensi yang terkandung sangat lah dalam. Tentu saja kita tidak bakal mudah percaya dengan omongan orang yang baru kita kenal, apalagi omongan orang yang sudah terbiasa kita tau bahwa dia tukang bohong! lain ceritanya ketika kita mendengar perkataan orang alim yang setiap tutur katanya adalah hikmah dan bijak, maka pastilah kita langsung saja sepakat dan mengiyakannya.

Hal ini ternyata mempunyai korelasi yang positif dengan dogma, dimana ternyata Tuhan pun telah memerintahkan kita untuk menjaga lidah :
- Sabda Rasulullah SAW : "Hati-hatilah kamu dengan ini!" dan Rasul pun menunjuk ke arah lidahnya.
- Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasul pun juga pernah bersabda : "Barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam..."

Dari contoh uraian di atas jelas sekali apa yang "seharusnya" dilakukan oleh lidah pun telah diatur. Jika kita tidak bisa berkata yang baik dan memberi manfaat maka jauh lebih baik bagi kita untuk diam, bukannya malah berbicara yang menghasilkan dosa seperti bergunjing (ghibah) dan obral janji (seperti pemilu 9 April kemarin).
Sesungguhnya yang paling utama bagi kita adalah agar senatiasa mengingat bahwa segala hal dalam diri kita akan dimintai pertanggungjawaban, tak terkecuali lidah, mata, kuping, hati dan yang lain. Seperti firman Tuhan dalam QS AL Isra' 36 :"...Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya".

Berbeda dengan ulasan di atas, "Ajining sariro soko busono" ternyata memiliki perspektif yang 180 derajat berbeda. Dimana untuk yang kedua ini jauh lebih menonjol pencitraan diri yang bersifat duniawi.

Ajining sariro soko busono ---> diartikan bahwa "setiap orang dihargai dan dihormati dari penampilan/atributnya". Busono disini bisa diartikan secara harfiah maupun turunannya. Secara harfiah diartikan "baju/pakaian" dan secara turunan dapat diartikan "atribut/pangkat jabatannya".

Kalo kita melihat dari perspektif duniawi, jelas lah hal ini sangat benar. Dimana orang yang berpakain necis, perlente bisa saja sangat dipadang orang meskipun sebenarnya dia hanyalah seorang penipu. Selayaknya pejabat yang sangat disegani padahal dia hanyalah seorang koruptor. Jadi cenderung membuat kita tertipu dengan kemasan dan penampilan, tanpa melihat ke isinya yang lebih dalam.

Hal ini tentu saja terbalik dengan kenyataan bahwa "harga manusia" di mata Tuhan adalah dilihat dari kualitas takwanya. Sebagaimana firman Alloh : "...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu..." ( QS. Al Hujurat :13). Senada dengan apa yang sudah saya uraikan dalam tulisan sebelumnya ("Apa yang membuatmu berharga?") bahwa harkat derajat dan penerimaan terhadap diri kita yang hakiki itu bukanlah karena atribut, baju ataupun pangkat kita. Melainkan ke yang lebih dalam di dalam diri kita, yaitu jiwa dan hati.

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik.
Jagalah lisan kita dan jangan sampai kita terjebak dengan atribut di dunia. Karena atribut hanyalah duniawi, dan dunia adalah kesenangan yang menyengsarakan.

9 komentar:

arifinfo mengatakan...

mantap penjelasannya,saya lg nyari.makasih mas bro :D

aghastyo mengatakan...

kalo menurut saya, Ajining sariro soko busono / ajining raga soko busono;

agama bisa juga disanepo menjadi ageman, yang berarti pakaian / busono

*busono=ageman=pakaian=agama=nilai
*rogo=diri=manusia

artinya agama Islam adalah ageman atau nilai yang membawa kesalamatan. Nah, ageman apa yang bisa membawa kita kepada keselamatan, yaitu ageman yang didalamnya memuat Isak, Subuh, Luhur, Asar lan Magrib. Orang jawa dulu jg biasa menyingkatnya dg I.S.L.A.M = isak, subuh, luhur, asar, maghrib

Islam= selamat=slamet=bejo mempunyai makna yang memberi berkah kepada umat. Kalau diartikan kira-kira begini Agama Islam yaitu suatu kaidah nilai yang memeri berkah pada umat (rohmatan lil alamin).

Nilai yang dapat diambil dari uraian tersebut diatas, Jika kita merasa sebagai umat islam = baju/busono/ageman kita adalah islam = ageman kita slamet dalam kehidupan sehari-hari harus rohmatan lil alamin. yg mana hal itu bisa kita lakukan, kaping pisan nggo awake dewe / untuk diri sendiri, kaping pindo nggo kluargo / untuk keluarga, ping telu tonggo teparo / untuk masyarakat/umat.

jadi, arti turunan yg anda maksud dg pangkat/jabatan, malah saya rasa itu k u r a n g t e p a t , karena saya rasa itu msh dipermukaan saja, sama seperti anda menganggap itu sbg busono/pakaian. & menurut saya arti turunan yg lebih tepat busono di sini adalah adalah agama. Sudah tentu, agama Islam.

jadi ulama2 Jawa dulu, khususnya wali Songo yg mempunyai kata2/sanepa ini, telah memahami isi Al Qur'an & kemudian di sebarkan di masyarakat dg bahasa yg masyarakat jawa pahami pd masa itu. karena pd masa itu masyarakat jawa / umat, lbh mudah memahami dg sanepa, tembang, tari, bahkan dg wayang. mereka yg menyebarkan ini insyaAllah uda pasti memahami al qur'an & sunah rasul, tak hanya mencuplik ayat Qur'an dg sepotong-sepotong.

sesungguhnya inilah sanepa tentang agama yg dulu diajarkan wali songo pada umat yg bertanya apa itu agama.

Anonim mengatakan...

Mantap

Gery mengatakan...

Busono di sini mungkin lebih tepatnya pakaian takwa. Wallahu a'lam.

Jagad Property mengatakan...

Super sekali...

Unknown mengatakan...

Setuju ama yg diatas komen yg panjang heeee masalahe walisongo itu menyebarkan agama gak pakek dalil hadist riwayat heeee qollatakallah. . ..heeee pakek tembang pakek tari gamelan wayang

Cuman intinya sama amalanya hanya saja. . . .itu semua hanya cara wali agar orang jawa gampang menyerap. .. . .dan ketika kita membaca bahasa arab ya sesuai logad aja. . .gak bisa dong harus fasyeh se fasyeh orang arabbbbbbbb

kumpulan khutbah nuryo mengatakan...

ajining diri dumunung ing lathi, ajining rogo ono ing busono, ajining nalar ngluwihi dinar sak latar, sungguh tinggi fisafat jawa tentang existensi moral agama. yang linuwih

Den Bagus mengatakan...

Mas lek "Ajining diri soko lathi jer lahir utusaning bathin", niku maknane nopo nggih? suwun

Denpono.com mengatakan...

Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Sariro Soko Busono

Posting Komentar