Jumat, 08 Mei 2009

Sibuk Koalisi ( Bagi2 Kekuasaan)


Pemilu sudah terlaksana dengan aman (thats great point) meskipun masih jauh dari kesan JURDIL (baca : jujur dan adil). Masih terlalu banyak penyimpangan baik yang terlihat sistematis maupun hanya kebetulan semata dari carut-marutnya DPT dan so on. Okay then... kita melangkah ke lebih jauh deh. Sampai dengan hari ini tanggal 8 Mei, dan ini adalah hampir sebulan dari penyelenggaran pemilu 9 April kemaren, ternyata belum diperoleh hasil siapa pemenang definitif untuk pemilu legislatif. Padahal dalam janjinya, KPU ( kebetulan ditopang dengan dana IT yang fantastis dan bertempat sangat nyaman di Hotel Borobudur) bisa menyajikan hasil pemilu legislatif pas tepat sebulan setelah pemilu. Dan ternyata janji tinggal lah janji :p, bahkan akhirnya diputuskan untuk menghitung secara manual pula...Nah lucunya di hasil hitungan manual sementara yang menang adalah PDIP, bukan PD yang ditahbiskan sebagai pemenang pemilu legislatif hasil quick count maupun hasil hitungan elektronik sementara KPU.

Belum juga selesai hitung2an siapa pemenang pemilu oleh KPU, e...dodoe ternyata jajaran pengurus elit parpol malah sudah begitu sibuk itung2an koalisi (baca : bagi2 kavling kekuasaan). Suara rakyat yang "katanya" suara Tuhan begitu murah diperdagangkan selayaknya dagang sapi! Para elit begitu mudah berangkulan "menyama2kan platform" sementara grass root begitu kuat sikut2an dari sejak pemilu belum di gelar sekalipun.

Berapa banyak korban rakyat berjatuhan selama kampanye hanya karena membela banner?
Berapa banyak massa partai satu berantem dengan massa partai yang lain hanya untuk sekedar adu bendera partai?
Berapa banyak caci maki beterbaran, menjelek2kan parpol satu dengan lain telah terjadi hanya karena ingin partainya dianggap lebih baik dan layak menang?
Berapa banyak uang dan sembako yang tergelontorkan untuk meraup suara?

Tapi semua itu sia-sia, darah mereka tak berguna, dan suara mereka lenyap! Kenapa ?

Dengan mata kepala sendiri, kita bisa melihat bahwa yang mereka (baca : rakyat dan simpatisan) perjuangkan selama ini tidak dihargai oleh para elit pengurus partai yang dibelanya. Para elit parpol begitu mudah melupakan "pertarungan" yang terjadi di level akar rumput dan ditukarnya dengan bagi2 kekuasaan semu berkedok koalisi.
Sederhananya, "Sapa yang berjuang, eh malah sapa yang menikmati". Simpatisan dan rakyat disuruh berantem sementara elit politik bercanda dan berpelukan saling menukarkan suara dan amanat rakyat yang diembankan kepadanya. So tragic.... sangat lah ironik!

Harusnya para elit malu, mawas diri, bahwa mereka punya tanggungjawab mengemban amanah rakyat. Bukan malah menggunakannya sebagai modal memperebutkan kekuasaan semata! So pity, disgrace...

0 komentar:

Posting Komentar