Jumat, 21 Agustus 2009

Esensi Merdeka


Sejak dikumandangkan pada hari Jumat 17 Agustus 1945, tak terasa 64 tahun negara kita tercinta telah merdeka. Pembangunan secara perlahan mulai nampak, perekonomian mulai tumbuh, dan infrastruktur begitu nyata terkembang. Tetapi ada hal yang mungkin kita sedikit lupa, bahwa apa yang menjadi inti dari kemerdekaan? Apa yang menjadi esensi dasar dari merdeka?

Tiap tahun dalam event 17-an kita selalu melakukan hal yang sama tanpa sedikitpun ada perberbedaan. Ketika jatuh bulan agustus, saya pun sudah bisa membayangkan apa2 yang bakal terjadi selama sebulan itu : ada upacara 17-an, siaran langsung upacara dari istana negara dengan disertai "hal yang sangat biasa" yaitu menyebutkan profil dari paskibraka yang membawa bendera, di lingkungan masyarakat pun selalu terulang hal yang sama dan hanya bersifat ritual seremonial, seperti adanya "tirakatan" di tiap tanggal 16 malam, acara lomba2 dan panggung hiburan dengan pelengkap panjat pinang dst... Oh my God, sejak saya kecil sampai segede gaban ini gakda perubahan ihwal perayaan kemerdekaan?

Apakah kita tidak bisa lebih kreatif? tentu saja dengan tetap menganggap penting seremoni. Saya sangat bangga atas perjuangan para pahlawan, dan mereka patut bangga untuk dikenang. Tapi apa yang tertangkap hanyalah serial seremonial tanpa esensi yang mendalam. Kenapa kemerdekaan begitu diperjuangkan oleh para orang besar? merdeka dalam hal apa? merdeka dari apa? apakah arti merdeka sama dengan freedom? bebas untuk apa?

Lihat lah bangsa kita ini, angka 64 tahun emang masih selayaknya bayi bagi suatu negara untuk menjadi besar. Amerika yang seolah2 menjadi pattern peradaban pun perlu ratusan tahun untuk menjadi maju. Tapi 64 tahun juga bukanlah waktu yang singkat, apalagi jika melihat potensi yang maha dahsyat yang dimiliki oleh bangsa kita ini. Apa yang tidak kita punya? SDA nomer 1 di dunia, masyarakat cerdas juga luar biasa banyak. lalu apa yang membuat bangsa kita seolah2 tidak beranjak? Apakah habit? ataukah attitude?

Mungkin merdeka mempunyai arti sangat variatif untuk setiap orang. Saya merasa sangat merdeka tapi tidak untuk semua hal. Saya masih terjajah dalam rasa takut akan kegagalan, rasa tunduk yang dipaksakan, dan lingkaran kemunafikan yang menyelimuti... selayaknya yang terjadi dalam bangsa kita, sementara sebagian kecil golongan bisa bermewah2, sebagian rakyat kita masih terpenjara dalam kemiskinan dan pengangguran. Sedikit rakyat kita yang sampai bertitel doktor bahkan profesor, sementara hampir sebagian besar rakyat kita hanya mengenyam bangku pendidikan di level dasar, bahkan banyak juga yang tidak pernah merasakan bangku pendidikan. Dengan tidak mengurangi hormat dan mengecilkan arti mereka yang berpendidikan rendah, Penelitian Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia menunjukkan angka yang sangat mencengangkan dimana ternyata sekitar 60% pemilih di pemilu legislatif kemarin hanyalah berpendidikan sekolah dasar atau tidak tamat SD. Helloooo...how come? Bagaimana kualitas dan kredibilitas pemilu kita?

Tanggungjawab siapakah ini semua? Pemerintah kah?
Di pembukaan UUD 1945 di situ jelas sekali dituangkan apa yang menjadi tujuan di bentuknya republik ini. Sampai kapan kita bakal terus terjajah dari kebodohan, kemiskinan, rasa lapar, rasa kecil hati, rasa rendah diri, rasa takut, cemas dan kemunafikan?

Esensi merdeka adalah bebas untuk berkreasi menjadi pribadi lebih baik dan jiwa yang lebih produktif. Sungguh jauh lebih bahagia jika jiwa kita merdeka meskipun raga kita terpenjara. Tapi sebagian besar kita seolah2 sudah merasa merdeka akan raga dan jiwanya, padahal sesungguhnya jiwanya terpasung oleh pikirannya senidiri. Raga kita merdeka, tapi nafsu kita memenjarakan untuk menjadi malas, santai, apa adanya, tanpa berusaha untuk menjadi lebih baik bahkan berjuang untuk menjadi yang terbaik.

Begitu banyak jiwa bebas menjadi produktif tatkala raganya di penjara. Siapa yang gak kenal dengan founding father kita Soekarno? di penjara lah beliau berhasil merampungkan pembelaannya yang kemudian sangat terkenal dengan judul "Indonesia Menggugat". Di tokoh Islam, Kyai Hamka telah menjadi teladan yang nyata, bagaimana mampu menghasilkan tulisan yang sangat fenomenal dan inpirasional bagi umat islam ketika Tafsir Al Ahzar selesai dirampungkannya di penjara. Bahkan di tokoh yang menurut sebagian orang dianggap "kekiri2an" yaitu Pramudya Ananta Toer juga berhasil menelorkan karya yang luar biasa ketika di pasung pemerintah yaitu "Bumi Manusia".

Apa arti merdeka jika kita masih seperti ini? hanya bangga menjadi biasa, tanpa hasil produktif dan berusaha menjadi lebih baik!

Bangsa adalah kumpulan individu yang bergabung atas dasar tujuan dan latar belakang tertentu dan dijalankan dengan suatu pemerintahan yang dilandaskan pada 3 tipe kekuasaan yang berbeda yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika sekumpulan individu itu adalah individu yang lemah, malas, dan bodoh, menjadi bangsa seperti apakah itu? Di lain pihak, gambarkan seagung apakah bangsa itu, jika semua individu yang tergabung di dalamnya adalah manusia kreatif, berpikiran maju dan kuat?. Pilihan itu ada di kita sebagai individu.

Menjadi baik untuk diri sendiri dan berharap kebaikan itu bisa menjadi inspirasi untuk kebaikan yang lebih luas.

Dirgahayu bangsaku, majulah rakyatku...!

0 komentar:

Posting Komentar