Sabtu, 26 Desember 2009

Syair untuk Ibu


Ingatkah?
Sembilan bulan lebih kita berada di perutnya, menjadi parasit baginya, memberatkan langkah dan pikirnya, menjauhkan tidur lelapnya, menimbulkan rasa was-was dan khawatir tiap harinya.

Sadarkah?
Kematiannya sedekat urat leher dari kepalamu ketika dia melahirkanmu. Sungguhpun jika hanya ada pilihan kamu atau dia yang harus diselamatkan, dia mengorbankan dirinya demi kehidupanmu.

Pikirkan!
Dia menyapihmu selama 1 s.d 2 tahun, merawatmu dengan penuh kasih sayang dan harap, memberimu asi tanpa rasa lelah, terbangunkan oleh tangismu karena lapar di setiap saat kapan pun itu dan tiada pernah mengeluh.

Rasakan!
Dia begitu cinta dan bangga denganmu. Tumbuhkembangmu dari balita sampai dengan keberhasilanmu saat ini tak lepas dari buah doa'nya di sepanjang waktu. Dorongan dan motivasinya untuk maju, menjadi lebih baik, dan berhasil dalam kehidupan. Dia begitu ikhlas dan tiada pernah terlintas untuk dibalas kembali olehmu.

Renungkan!
Apa yang telah kamu perbuat untuknya?
Pernahkah engkau menyakiti dan mengecewakannya?
Pernahkah engkau acuh dan bergumam tatkala dia menasihatimu?
Sudahkah engkau mohon ampun kepadanya?
Sudahkah engkau berikan yang terbaik untuknya?
Terkirim do'a kah darimu kepadanya dalam setiap akhir sholatmu?
Cukupkah yang engkau berikan dibandingkan dengan kasih dan sayangnya kepadamu?

Dia adalah Ibu..., Ibu..., dan Ibu mu....!
Dalam tiap tetes matanya adalah ijabah atas doa2nya untukmu.
Di telapak kakinya lah surga disematkan oleh Sang Pencipta.
Keridhloannya lah yang membuat Tuhan juga ridhlo akan tutur dan sikapmu.

Menangislah, karena dalam setiap butir air mata bisa menghapus dosamu!
Jika dia masih hidup, berbaktilah, jangan kecewakan dia, berilah dia yang terbaik sampai akhir hayatnya.
Jika dia udah tiada, berdoalah, karena doamu adalah amal jariyah yang akan selalu mengalir memenuhi pundi2 amalnya dan mohon ampunkan atas segala khilaf dan doanya.

Alloh Maha Tau, sungguh pun kita tidak akan pernah bisa membalas semua amal baktinya sampai akhir hayat kita.
Dan Alloh Maha Pemurah, hingga kita diberi kebebasan dan peluang berdoa untuk menjadi amal serta meringankan segala dosanya.
Bukankah anak sholeh adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya?
Mulailah dari sekarang dan untuk selamanya...

Aku mencintaimu Ibu, lebih dari apapun yang ada di dunia ini.
Maafkan aku Ibu dan teruslah berdoa untukku.
Semoga aku bisa menjadi anak sholeh yang menjadi kebanggaanmu.
Allohumma amiien.

Kamis, 05 November 2009

Respect The Others



Dunia makin kejam.............!

Semakin susah kita jumpai orang yang saling hormat dan menghargai. Kesewenang-wenangan, arogansi kerap kali dilakukan baik dari orang berkuasa bahkan juga dilakukan oleh orang kecil yang tidak sedikitpun layak untuk berbuat sombong.
Bagaimana bisa orang mengaku rakyat kecil, wong cilik,hidup miskin dan tidak mampu membeli susu untuk anaknya...sedangkan dia hidup dengan merokok? Itu namanya dzalim !!!

Jangankan mengucapkan salam, kepala pun sesegera mungkin dipalingkan tatkala ketemu dengan orang yang kurang beruntung. (lebih lagi berpikiran takut kalo dimintai sedekah).
Betapa arogannya orang tua yang tidak bisa diberikan masukan dari anak muda hanya karena dia merasa lebih tua? sebagaimana bebalnya anak muda atas nasehat dari orang tua sambil bergumam Bapak kolot!

Kemanakah rasa respek itu menghilang?

Aku selalu teringat dengan kemasyuran dan keluhuran budi Imam Hasan al Basri, (semoga rahmat Alloh senantiasa kepadanya). Beliau memberikan ketauladanan yang nyata kepada kita. "Jika beliau bertemu dengan orang yang lebih tua, maka beliau sangat hormat dan segan karena dalam benaknya ( orang ini lebih tua, berarti dia jauh lebih banyak amal kebajikannya dan jauh lebih banyak ilmu daripadanya)" "Tapi apa yang terjadi tatkala beliau bertemu dengan anak kecil atau pribadi yang jauh lebih muda dari dia? Maka beliau akan sangat menghargai dan menyayanginya, karena dalam benaknya ( anak ini lebih muda, berarti dia jauh lebih suci daripadaku karena dia jauh lebih sedikit berbuat dosa dan salah daripada aku )".

Bagaimana dengan kita?
Kita begitu hobby merendahkan, melecehkan orang lain, begitu angkuhnya untuk berani meminta maaf dan mengoreksi kesalahan sendiri...Kita selalu ingin merasa superior dibanding yang lain, trabas sana trabas sini tanpa mengindahkan maqam masing2.
Respect the others, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. sapa menanam kebaikan pasti bakal menuai kemuliaan. Hargailah orang lain, karena itu menunjukkan seberapa besarkah engkau menghargai dirimu sendiri !

Mahalnya Silaturahim


Dalam dunia yang serba modern dan instant sekarang ini telah membuat sisi kemanusian (mulai) terkikis. Kepandaian telah menjadikan manusia sombong, kesuksesan telah membuat manusia menyepelekan. sebagai contoh, dengan adanya telpon/email, maka begitu mudahnya informasi dan komunikasi berlangsung. Anytime anywear, thats great discovery...tapi tahukah apa dampak negatif yang mungkin secara tidak sadar kita alami? "SILATURAHIM", tatap muka, menjadi hal yang begitu mahal dilupakan yang harus dibayar dengan adanya inovasi tersebut. Meskipun ada yang bilang silaturohim tetap bisa berlangsung, kan bisa lewat suara, kan ada video call...itu semua adalah justifikasi bagi orang yang (sok) sibuk dan menggampangkan. Padahal hal itu tetap saja menjauh dari esensi dasar, yaitu bertatap muka, berjabat tangan dan berpelukan. Bagaimana jika hal ini terjadi dalam keluarga? cukupkah hal ini sebagai penghormatan dan wujud rasa cinta kepada ibu-bapak yang masih ada nun jauh di sana?

Kadang kita sudah merasa cukup dan merasa bangga (ditengah kesibukan kita) memberikan sedikit uang kepada ibu-bapak sebagai tanda bakti, atau hanya sebatas menelpon menanyakan kabar. Tapi sebenarnya bukan itu yang diharapkan dari orang tua... Keberhasilan anak adalah kebanggan orang tua, tetapi kehadiran anak di depan mata yang mencium tangan serta mengecup dahi adalah jauh lebih diharap dari semua harta yang diberi. Aku pun merasa demikian, Aku merantau jauh dari kedua orang tua...kehadiran kita adalah laksana embun penyejuk di siang hari nan terik. Senyum pun merekah, ekspresi kegembiraan begitu tulus terlontar tatkala kita bisa bertatap dari dekat. Kadang setelah dekat dengan mereka, aku pun serasa tidak ingin lagi pergi untuk meninggalkannya. aku merasa hidupku adalah bersama mereka, aku merasa berdosa jika aku mengecewakan dan menyia-nyiakan mereka tatkala masih hidup. Seringkali terpikir dalam benak untuk meninggalkan pekerjaan aku selama ini demi bisa mendekat dengan orang tua dan melayani mereka, entah dengan berdagang di dekat rumah atau menjadi pegawai pemda di daerah asal.

Ibu-Bapak adalah kedua makhluk Tuhan yang paling sempurna di hadapanku. Mereka adalah segalanya yang ada di dunia ini. Kita tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini tanpa doa dan kasih mereka. wajarlah bila Rasul pun bersabda Ibu...Ibu..Ibu,...baru kemudian bapakmu, begitu pula wajarlah jika ridho orang tua adalah ridhlo Alloh. Dan sangatlah juga beralasan ketika surga itu berada di telapak kaki ibu...! Meskipun kita menguras keringat, menimbun harta dan menyerahkan semuanya kepada orang tua, hal itu tidak akan bisa mengganti kasih mereka kepada kita. Berbahagialah yang masih mempunyai kedua orang tua di dunia, jangan kecewakan mereka, berikanlah yang terbaik sebisa mungkin... bagi yang sudah ditinggalkan, kirimkanlah doa atas mereka...karena anak yang soleh yang mendoakan orang tua adalah sebaik-baik amal jariyah bagi mereka.

Ibu, bapak..., banyak sekali dosaku, maafkan aku...aku sangat mencintaimu dan akan selalu merindukanmu :)

Senin, 07 September 2009

Nikmatnya Berbuka



Matahari tergelincir di ufuk barat
badan tersisa harap menunggu panggilanNya
aku ikhlas atas semua ini ya Rabb..
aku ingin menjadi berarti bagiMu ya Allah

Puasaku masih jauh dari sempurna
amal ibadahku sebatas ritual
Mahabenar Engkau ya Tuhan...
Aku bahagia tatkala berbuka
tapi bagaimana dengan janjiMu di sisi yang lain?

Layak kah hamba kau tempatkan di surgaMu dengan gelaran seperti ini?
Aku hanya bisa mengimani...hanya sanggup meyakini...
Hasbunallah wa ni'mal wakiil
Subhanallah walhamdulillah wa laailah ha ilallah wallahu akbar

Jumat, 21 Agustus 2009

Marhaban Yaa Ramadhan


Alhamdulillah, Insyaalloh kita msih diperkenankan Alloh untuk mengarungi satu bulan mulia yang didalamnya terkandung kebaikan lebih dari 1000 bulan. Apa yang istimewa dari bulan puasa? Mungkin anak kecil yang masih duduk di bangku TK pun mampu dengan fasih menjawabnya. Iya, Bulan dimana puasa diwajibkan bagi umat yang merasa beriman, dimana semua pintu kebajikan di buka lebar dengan semua pahala dilipatgandakan, sementara syetan di belenggu untuk menjaga kemurniaan bulan suci. Kata maaf yang biasanya sangat mahal terucap dalam diri manusia, di bulan suci ini Alloh membuka maghfirahnya seluas-luasnya kepada hambaNya, sebegitupula melapangkan rahmatNya seluas langit dan bumi.

Kita sadari atau tidak, bulan ramadhan merupakan wujud kecintaan Alloh kepada hambaNya. Alloh selalu ingin umatnya terus perform yang terbaik, selalu menjadi pribadi yang lebih baik, dan lebih tangguh dalam menjalankan perintahNya untuk kemuliaan yang hakiki. Alloh menyadari betapa lemahnya diri kita jika dalam 12 bulan tidak disediakan waktu untuk kontempelasi atau bermuhasabah.

Selayaknya mesin produksi yang memerlukan maintenance untuk mejaga supaya performanya tetap baik, sebagaimana mesin kendaraan bermotor yang memerlukan servis berkala untuk menjaga mesinnya tetap awet, dan setali dengan forum, facebook, friendster atau pakah itu yang memerlukan maintenance server untuk menjaga kualitas pelayanan kepada membernya. Inilah saatnya, bagi manusia untuk mengaca, melihat kepada diri terdalam, beristirahat sejenak untuk melangkah yang lebih pasti dan lebih jauh untuk mengarungi 12 bulan kehidupan ke depan.

Wallohua'lam...hanya kita dan Tuhan yang tahu, 11 bulan kemarin apa yang telah kita lakukan. Kita bisa mereview diri bermuhasabah apakah yang nampak lebih banyak maksiat atau kebaikan kita. Kita tanya pada hati kita, apakah kita tulus taat kepadaNya tanpa menggerutu? Kita tanya lisan kita, apakah yang keluar selama ini perkataan yang mulia tau justru yang menyakitkan saudara kita? Kita tanya mata kita, apakah sudah kita gunakan untuk yang semestinya? sebegitu pula dengan kaki dan tangan kita, apakah sudah kita langkahkan untuk kebaikan dan kita gunakan untuk perbuatan mulia.

Inilah saatnya mendekat, setelah mungkin sekian lama kita menjauh dariNya. Sebulan tidak lama, kita gunakan semaksimal mungkin untuk melatih diri laksana kawah candradimuka. Tidak akan pernah sempurna jika tidak pernah diuji. Tidak akan merasa salah jika tak pernah dikoreksi.

Kupu-kupu menjadi begitu cantik dan indah dipandang padahal sebelumnya hanyalah seekor ulat yang hidupnya harmful dan menjijikkan. Tapi setelah si ulat tersebut melepaskan atribut, bertapa, dan berkontempelasi berubah lah ia menjadi kepompong untuk sekian waktu. Dan dari kepompong inilah dilahirkan seekor kupu-kupu indah dengan warna nan elok. Inilah gambaran seorang muslim... Mungkin selama 11 bulan kita telah bertindak tidak sesuai dengan "yang seharusnya" maka ada masa 1 bulan dimana untuk bertapa, bermusahabah yang akan menjadikan kita pribadi yang baru, pribadi robani, yang indah dipandang, mampu membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi sekeliling. Dan inilah sebenar-benar derajat takwa!

Marhaban yaa Ramadhan, semoga kita menjadi kupu-kupu, perwujudan pribadi yang lebih baik dan mampu mencapai derajat takwa. Allohummaamiien.

Esensi Merdeka


Sejak dikumandangkan pada hari Jumat 17 Agustus 1945, tak terasa 64 tahun negara kita tercinta telah merdeka. Pembangunan secara perlahan mulai nampak, perekonomian mulai tumbuh, dan infrastruktur begitu nyata terkembang. Tetapi ada hal yang mungkin kita sedikit lupa, bahwa apa yang menjadi inti dari kemerdekaan? Apa yang menjadi esensi dasar dari merdeka?

Tiap tahun dalam event 17-an kita selalu melakukan hal yang sama tanpa sedikitpun ada perberbedaan. Ketika jatuh bulan agustus, saya pun sudah bisa membayangkan apa2 yang bakal terjadi selama sebulan itu : ada upacara 17-an, siaran langsung upacara dari istana negara dengan disertai "hal yang sangat biasa" yaitu menyebutkan profil dari paskibraka yang membawa bendera, di lingkungan masyarakat pun selalu terulang hal yang sama dan hanya bersifat ritual seremonial, seperti adanya "tirakatan" di tiap tanggal 16 malam, acara lomba2 dan panggung hiburan dengan pelengkap panjat pinang dst... Oh my God, sejak saya kecil sampai segede gaban ini gakda perubahan ihwal perayaan kemerdekaan?

Apakah kita tidak bisa lebih kreatif? tentu saja dengan tetap menganggap penting seremoni. Saya sangat bangga atas perjuangan para pahlawan, dan mereka patut bangga untuk dikenang. Tapi apa yang tertangkap hanyalah serial seremonial tanpa esensi yang mendalam. Kenapa kemerdekaan begitu diperjuangkan oleh para orang besar? merdeka dalam hal apa? merdeka dari apa? apakah arti merdeka sama dengan freedom? bebas untuk apa?

Lihat lah bangsa kita ini, angka 64 tahun emang masih selayaknya bayi bagi suatu negara untuk menjadi besar. Amerika yang seolah2 menjadi pattern peradaban pun perlu ratusan tahun untuk menjadi maju. Tapi 64 tahun juga bukanlah waktu yang singkat, apalagi jika melihat potensi yang maha dahsyat yang dimiliki oleh bangsa kita ini. Apa yang tidak kita punya? SDA nomer 1 di dunia, masyarakat cerdas juga luar biasa banyak. lalu apa yang membuat bangsa kita seolah2 tidak beranjak? Apakah habit? ataukah attitude?

Mungkin merdeka mempunyai arti sangat variatif untuk setiap orang. Saya merasa sangat merdeka tapi tidak untuk semua hal. Saya masih terjajah dalam rasa takut akan kegagalan, rasa tunduk yang dipaksakan, dan lingkaran kemunafikan yang menyelimuti... selayaknya yang terjadi dalam bangsa kita, sementara sebagian kecil golongan bisa bermewah2, sebagian rakyat kita masih terpenjara dalam kemiskinan dan pengangguran. Sedikit rakyat kita yang sampai bertitel doktor bahkan profesor, sementara hampir sebagian besar rakyat kita hanya mengenyam bangku pendidikan di level dasar, bahkan banyak juga yang tidak pernah merasakan bangku pendidikan. Dengan tidak mengurangi hormat dan mengecilkan arti mereka yang berpendidikan rendah, Penelitian Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia menunjukkan angka yang sangat mencengangkan dimana ternyata sekitar 60% pemilih di pemilu legislatif kemarin hanyalah berpendidikan sekolah dasar atau tidak tamat SD. Helloooo...how come? Bagaimana kualitas dan kredibilitas pemilu kita?

Tanggungjawab siapakah ini semua? Pemerintah kah?
Di pembukaan UUD 1945 di situ jelas sekali dituangkan apa yang menjadi tujuan di bentuknya republik ini. Sampai kapan kita bakal terus terjajah dari kebodohan, kemiskinan, rasa lapar, rasa kecil hati, rasa rendah diri, rasa takut, cemas dan kemunafikan?

Esensi merdeka adalah bebas untuk berkreasi menjadi pribadi lebih baik dan jiwa yang lebih produktif. Sungguh jauh lebih bahagia jika jiwa kita merdeka meskipun raga kita terpenjara. Tapi sebagian besar kita seolah2 sudah merasa merdeka akan raga dan jiwanya, padahal sesungguhnya jiwanya terpasung oleh pikirannya senidiri. Raga kita merdeka, tapi nafsu kita memenjarakan untuk menjadi malas, santai, apa adanya, tanpa berusaha untuk menjadi lebih baik bahkan berjuang untuk menjadi yang terbaik.

Begitu banyak jiwa bebas menjadi produktif tatkala raganya di penjara. Siapa yang gak kenal dengan founding father kita Soekarno? di penjara lah beliau berhasil merampungkan pembelaannya yang kemudian sangat terkenal dengan judul "Indonesia Menggugat". Di tokoh Islam, Kyai Hamka telah menjadi teladan yang nyata, bagaimana mampu menghasilkan tulisan yang sangat fenomenal dan inpirasional bagi umat islam ketika Tafsir Al Ahzar selesai dirampungkannya di penjara. Bahkan di tokoh yang menurut sebagian orang dianggap "kekiri2an" yaitu Pramudya Ananta Toer juga berhasil menelorkan karya yang luar biasa ketika di pasung pemerintah yaitu "Bumi Manusia".

Apa arti merdeka jika kita masih seperti ini? hanya bangga menjadi biasa, tanpa hasil produktif dan berusaha menjadi lebih baik!

Bangsa adalah kumpulan individu yang bergabung atas dasar tujuan dan latar belakang tertentu dan dijalankan dengan suatu pemerintahan yang dilandaskan pada 3 tipe kekuasaan yang berbeda yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika sekumpulan individu itu adalah individu yang lemah, malas, dan bodoh, menjadi bangsa seperti apakah itu? Di lain pihak, gambarkan seagung apakah bangsa itu, jika semua individu yang tergabung di dalamnya adalah manusia kreatif, berpikiran maju dan kuat?. Pilihan itu ada di kita sebagai individu.

Menjadi baik untuk diri sendiri dan berharap kebaikan itu bisa menjadi inspirasi untuk kebaikan yang lebih luas.

Dirgahayu bangsaku, majulah rakyatku...!

Selasa, 23 Juni 2009

Bahagia ?

"Bahagia...kebahagiaan..."

jawaban klise atau malah merupakan substansi mendasar, ketika hampir semua orang ditanya apa yang kamu harapkan dari kehidupan di dunia ini?
Apa sie arti bahagia? Bentuk seperti apakah kebahagiaan itu?

Aku bertanya kepada orang tuaku... : "ma, pa... Apa yang bisa membuat kalian bahagia? Beliau pun serentak menjawab, kami bahagia jika melihat anak2 tumbuh sehat dan menjadi pribadi yang sukses"

Jawaban berbeda ditemui tatkala aku bertanya pada seorang buruh srabutan... : "Pak, apa sie yang bisa membuat bapak bahagia? Beliau pun dengan polos menjawab, Saya bahagia nak, jika saya hari ini dapat uang dan bisa membeli beras untuk makan keluarga hari ini"

Seorang pembantu rumah tangga juga menjawab berbeda tatkala ditanya tentang kebahagiaan... : "Bi, hal apa yang bisa membuat bibi bahagia? Dia pun menjawab sederhana, saya bahagia jika anak2 tidak putus sekolah dan bisa berpendidikan tinggi tidak seperti orang tuanya"

Jawaban yang bermacam-macam dan berbeda bakal selalu kita temui tatkala kita bertanya kepada setiap orang tentang definisi bahagia.

Mungkin dalam pandangan anak muda, bahagia adalah identik dengan pacar yang cantik maupun ganteng, hape baru, motor atau mobil mewah pemberian ortu, lulus wisuda dengan peringkat cumlaude, atau mendapatkan kelulusan tatkala UAN datang.

ataukah sama bagi orang2 sukses yang merasa bahagia jika mendapatkan promosi dan kenaikan gaji?

sama kah dengan istri2 pejabat yang begitu bahagia tatkala memimpikan tas hermes dan itu menjadi kenyataan ketika suami menghadiahkannya?

Apakah sama level kebahagiaan yang dirasakan oleh orang yang beruntung dengan orang yang kurang beruntung?
Ataukah sebanding taraf kebahagiaan antara si kaya dengan si miskin?

Lalu...

Mampukah kita mendefinisakan arti bahagia yang bisa diterima oleh semua? yang mencerminkan dan menggambarkan keaadaan yang sesungguhnya tentang kebahagiaan itu sendiri?

Orang menderita, tersiksa, dan sakit hati jika terkena hal yang tidak megenakkan... kenapa? karena dia merasa berhak memiliki atas sesuatu tersebut, mensikapinya dengan arah negatif dan mempertanyakan keadilan Tuhan. "kenapa demikian?, seharusnya tidak seperti ini..., ini gak adil bagiku, dst"

BAHAGIA, KEBAHAGIAAN bukan lah terletak pada suatu keadaan! tidak tergambar dari suatu kondisi!

tetapi...

BAHAGIA, KEBAHAGIAAN adalah sikap mental! Kemampuan dari diri sendiri untuk merasa bahagia di tengah apa pun keaadaannya.

Bahagia itu tidak bersyarat, bahagia adalah sikap!

Kebahagiaan itu bersumber dari diri snediri...tidak bergantung dan bersandar pada orang lain maupun kondisi-kondisi tertentu. Kita bisa bahagia, jika kita mampu mencintai, menghormati, menghargai diri sendiri dan berbuat yang terbaik pada apu pun kondisi yang menyertainya. Insyaallah.

Senin, 15 Juni 2009

Beruntunglah Kita Sahabat

Aku sangat bahagia
pernah mengenal kalian,
belajar bersama, bermain bersama, berpeluh bersama,
dalam satu seragam sekolah yang sama.

Dari pertemanan kita,
kita tidak pernah mempermasalahkan...
anak guru, anak buruh tani, buruh pabrik, bakul pasar,
pns, bahkan pengusaha sekalipun.
terkadang kita berpelukan tanpa memandang status anak siapa?

Tapi tau gak kawan?
Kalau kita sekolah SMP di saat ini, mungkin kita tidak akan pernah bertemu.
kenapa?

Sekolah kita tercinta dulu sahabat,
sekarang sudah maju pesat...
adapula program baru bernama RSBI,
dan SPP-nya adalah Rp 250.000,- per bulan.

Taukah apa artinya?

kalau waktu kita dulu sekolah adalah sekarang,
kita pasti tidak akan pernah bertemu...
tidak akan pernah ada cerita persahabatan anak penmgusaha dengan anak bakul tempe..
pelukan anak pejabat dengan anak petani,
sendaugurau anak dokter dengan anak buruh pabrik...
tapi...
ada yang jauh lebih penting dari pada itu sahabat,
Yaitu hak si miskin dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas terabaikan,
pendidikan bukanlah barang dagangan...yang lebih baik pasti lebih mahal!!!
apalagi SMP kita adalah sekolah negeri kebanggan bersama.

aku pun jadi teringat kata-kata Soe Hok Gie...
"Orang yang paling beruntung adalah yang tidak pernah dilahirkan"
"Dilahirkan tapi mati muda..." dan
"Yang paling menderita adalah yang panjang umurnya"
tapi aku tidak lah seperti Gie...
Bagiku,
aku sangatlah beruntung dilahirkan dan bisa bertemu kalian.
salam, banggaku untuk kalian





*makasih mas bayu masukannya...ini sangat berarti

Demokrasi ala Majapahit

Masih inget pelajaran sejarah tentang kerajaan Majapahit, kawan?

Yaa... tepat sekali, Kita begitu bangga dengan kejayaan majapahit dan penyatuan nusantara. Mereka berjaya ketika mempunyai Patih bernama Gadjahmada yang terkenal dengan sumpahnya yaitu "Amukti Palapa". Kita semua tau kebijakan politik, pendekatan kekuatan maritim, dan perekonomian agraris. Semua adalah gadjahmada yang mengkonsep. Tapi hebatnya raja majapahit (Hayam wuruk) tidak merasa dilangkahin, tersinggung, apalagi muncul ketakutan kalau2 tahtanya bakal direbut. Gadjahmada adalah mahapatih yang mempunyai visi raja! Rakyat majapahit adalah rakyat yang cerdas, berperadaban tinggi dan bermartabat.

Pertanyaan menggelitik muncul.... “Seandainya di jaman majapahit sudah ada demokrasi (PEMILU CAPRES), siapakah yang bakal dipilih oleh rakyat secara langsung yang layak menjadi raja?” Apakah Gadjahmada? Ataukah Hayam Wuruk?
Pasti semua bakal menjawab Gadjahmada yang layak dipilih menjadi Raja. Toh Hayam wuruk menjadi Raja hanya karena sistem feodal dimana dia adalah pewaris tahta (anak dari Raden Wijaya).
Sekarang bandingkan jaman kerajaan majapahit dengan pemerintahan sekarang!.Apakah kita yang notabene mengenal demokrasi masih berpikiran feodal? masih dibutakan dengan batasan sosok…pencitraan… dan figure…., sekerdil demikian kah kawan?


^^Mencoba berfikir kritis, cerdas dan bermartabat ^^




*thanks mas bayu masukannya..

Rabu, 27 Mei 2009

Resistensi


Setiap manusia pada dasarnya mempunyai naluri yang sama dalam hal "penerimaan" terhadap hal-hal baru yang datang padanya. Baik berupa pemikiran, ilmu, pandangan, maupun keberadaan sosok manusia yang lain.

Mungkin reaksi bagi kebayakan orang adalah resisten atau defend... apalagi jika keberadaan hal baru tersebut ditakutkan bisa mengganggu eksistensinya di lingkungan tersebut. Padahal hal baru gak sepenuhnya berarti negatif kalo kita bisa memfilternya tanpa harus bersikap skeptis dan apriori duluan. Memang bisa jadi manusia dilengkapi dengan 50% kesombongan, dan nilai itu pun bisa makin bertambah jika seseorang tersebut "merasa" lebih pintar atau berkuasa.

Kalo diperhatikan sampai dengan saat ini, misalkan di lingkungan terdekat yang biasa kita hidup, hal seperti itu benar terjadi. Dari berbagai kesempatan shourtcourse maupun diskusi-diskusi yang saya ikuti, makin memudahkan saya untuk mengkerucutkan pemikiran tentang kadar resistensi atau taraf penerimaan seseorang atas sesuatu.

Kadar resistensi seseorang dibagi menjadi berikut :

1. Rapuh
---> yaitu tingkatan penerimaan sesorang atas hal baru yang sangat tinggi. Semua hal baru termasuk pemikiran, ilmu, ideologi, maupun budaya bisa masuk begitu saja dengan mudahnya membaur dengan kondisi yang sudah ada (existing condition). Bahkan terkesan apapun itu di telan mentah-mentah. Hal ini bisa jadi disebabkan karena dia merasa tidak cukup ilmu/pengetahuan atau emang karena dia cenderung given dan kurang kreatif. Pribadi seperti ini cenderung lemah dan mudah terombang-ambing oleh keadaan dan kepentingan. Meskipun di satu sisi yang lain bisa juga dibilang sangat supel dan open minded. Golongan seperti ini kalo di ibaratkan seperti "GELAS KOSONG". Gelas yang bener-bener kosong yang siap disi dengan apapun baik kopi, air putih, minuman keras, bahkan racun sekalipun.

2. Filter
---> yaitu tingkatan penerimaan atas hal baru yang bersifat optional. Semua hal baru diterima dulu, didengar, diperhatikan tetapi tidak semuanya langsung dipakai. Pribadi seperti ini biasanya sudah mampu menyaring penetrasi macam apa yang bermanfaat dan hal baru yang seperti apa yang harus ditolak dari lingkungannya. Pribadi di tingkat ini adalah orang yang berilmu dan kreatif yang masih mau menjadi pendengar yang baik dan mampu menyingkirkan kesombongan terlepas dari pengetahuannya. Golongan ini diibaratkan "GELAS SARING" yaitu gelas dengan penyaring yang ada di atasnya. Jadi tidak semua bahan minuman bisa dimasukkan ke dalam gelas ini karena harus disaring dulu mana yang layak ditampung dan mana yang harus dibuang.

3. Resisten
---> yaitu tingkatan penerimaan atas hal baru yang paling keras, dimana cenderung membentengi diri menolak atas semua penetrasi hal baru baik sebenarnya bermanfaat atau tidak. Bersifat kaku dan arogan atas "keilmuan dan keberadaannya". Mereka menganggap hal baru tidak lah lebih baik dari kondisi yang ada sekarang. Pribadi di tingkat ini terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Orang berilmu tetapi sombong. Mereka menganggap apa-apa yang disampaikan kepadanya justru dianggap menggurui atau meragukan keilmuannya. Mereka bersifat keras, bahkan cenderung menyerang (againts) terhadap pemikiran baru tersebut. Mereka tidak mau mendengar dan bersikap skeptis dan apriori.
b. Orang bodoh dan sombong. Mereka hanyalah orang-orang yang berkeras hati dan kepala melawan pemikiran ataupun hal baru tanpa mengetahui manfaat ataupun bahaya yang ditimbulkan. Mereka melakukannya hanya karena keangkuhan dan tidak mau kelihatan lemah dan bodoh. Padahal dengan sikap resisten seperti ini justru menunjukkan taraf kapabilitasnya tanpa mereka sadari.
c. Orang status quo. yaitu mereka yang merasa diuntungkan dengan keadaan yang ada sekarang dan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankannya. Mereka merasa terancam keberadaan maupun kepentingannya jika suatu pemikiran atau hal baru tersebut berhasil masuk dan diterapkan.
Tingkatan ini kalo diibaratkan seperti "GELAS TERTUTUP". Jadi sama sekali tidak bisa menampung bahan minuman dari luar, karena selalu ditolak dengan keberadaan tutup tersebut, dimana tutup gelas tersebut adalah kesombongan maupun kepentingan.

Ternyata tak selamanya menjadi gelas kosong itu baik, begitupula dengan menutup gelas. Bagaimana dengan kita?

Rabu, 20 Mei 2009

Tipe Pegawai Seperti Apakah Anda?


Tipe pegawai seperti apakah anda?

Saya tergoda untuk menulis ini setelah selesai mengikuti shortcourse tentang "Remuneration Management" yang berlangsung kemarin tgl 18-20 Mei dan diampu langsung oleh ahlinya Mr. Asfar Arief, MBA. Meskipun cuma 2 hari tapi padet bener materinya... dan diharapkan bisa menguasai minimal mengerti seluk beluk tentang remunerasi terkait imbalan atas kinerja atau istilah bekennya pay for performance :D

Yang pada intinya adalah mengukur setiap detil pekerjaan dan pencapaian kinerja dibandingkan dengan reward yang sepantasnya diberikan atas usaha tersebut. Ada berbagai macam teori dan methode yang disampaikan dan banyak digunakan oleh perusahaan berlevel multinasional mulai dari Watson wyatt, FES, CRG, HAY, dst.

Tapi dari sekian banyak penjelasan dan paparan, justru saya tergelitik tentang kriteria pegawai yang disampaikan oleh pak Asfar. Beliau menyampaikan bahwa sebenarnya hanya terdapat tiga tipe pegawai di perusahaan/tempat pemberi kerja yang ada selama ini, yaitu :

1. STAR
---> Tipe pegawai "bintang" maksudnya adalah golongan pegawai ini merupakan asset perusahaan/kantor. Merupakan benchmarking dari perusahaan tersebut, jaminan akan dikenal dan bonafidenya citra perusahaan dimana saja mereka berada.
Pegawai golongan ini bakal dipertahankan oleh perusahaan secara mati-matian, maka wajar jika posisi tawar merka sangat tinggi dengan digaji yan sangat menonjol dibandingkan pegawai yang lain. Perusahaan mencoba memproteksi mereka sekuat mungkin dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan, supaya mereka tidak direbut oleh perusahaan kompetitor yang lain.
Mengingat bergaining power mereka yang cukup tinggi, biasanya mereka seperti "kutu loncat" yang mudah berpindah dari satu perusahaan ke yang lain dimana memberikan penawaran yang terbaik untuk mereka.

2. BACKBONE
---> Tipe "tulang punggung perusahaan" maksudnya adalah golongan pegawai dimana mereka hidup dan mati demi kelangsungan perusahaan, memiliki loyalitas yang sangat tinggi, dan sangat produktif. Mereka lebih mengutamakan pengabdian dan rasa memiliki kepada perusahaan. Mereka bahakan siap menerima pemotongan gaji jika perusahaan merugi dan sebaliknya, yaitu berhak menyandang bonus lebih jika perusahaan meraup keuntungan. Pekerja seperti ini lebih terkesan seperti robot yang tanpa lelah dan tiada henti untuk terus produktif.Hidup dan matinya perusahaan adalah di tangan golongan pegawai seperti ini. Etos mereka sangat tinggi, tetapi kualitas mereka hanyalah untuk di dalam perusahaan. Mereka kurang memiliki bergaining power terhadap perusahaan yang lain. Meskipun tetap saja dimungkinkan mereka dilirik oleh perusahaan kompetitor yang lain, yang mengetahui kualitas kerja mereka.

3. DEADWOOD
---> Tipe "kayu mati" maksudnya adalah golongan para pegawai yang kata-kata sadisnya adalah "Numpang hidup pada perusahaan". Mereka sama sekali tidak produktif tapi keberadaannya dalam segi kuantitas ada dan mereka berhak atas gaji dari perusahaan. Mereka selayaknya benalu, yang hanya bekerja jika disuruh dan itupun hanya sekadar mengerjakan. Tidak memperhitungkan kualitas yang dihasilkan, boro-boro ikut merasa memiliki perusahaan. Saban hari yang mereka kerjakan hanyalah absen di pagi hari, selama jam kerja entah kualitas apa yang dihasilkan tidak terdeteksi, dan menghabiskan waktu untuk menunggu absen pulang di sore hari. Keberadaan mereka tidak memberikan hasil positif terhadap kualitas perusahaan, dalam artian ada atau tidaknya mereka, tidak mempengaruhi perusahaan. yang jadi masalah adalah, mereka pegawai perusahaan dan berhak atas gaji, sementara perusahaan tidak begitu mudah untuk memberhentikan mereka.

Nah, tipe pegawai seperti apakah kita? :D
Kita sebaiknya jujur terhadap diri sendiri dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik di setiap detil bagian peran dalam kehidupan ini.

Senin, 11 Mei 2009

Sayembara Tuhan


Ada yang bilang hidup adalah sandiwara, ada pula yang mengatakan hidup adalah perjuangan dan memperbaiki kesalahan. Banyak orang menganggap kehidupan hanyalah banyolan , sedangkan sangat lah jarang kita temukan banyolan yang bukan sekedar guyonan semata melainkan terkandung ajaran bagaimana memaknai kehidupan itu sendiri.

Dari pendekatan itu lah ada muncul keinginan untuk melontarkan sebuah joke sederhana yang sebenarnya kalau dihayati bakal terkuak kandungan makna mendalam.

Jadi begini ceritanya....

Once upon a time di akhirat, Tuhan menyelenggarakan sayembara kepada kedua kubu penghuni surga dan penghuni neraka. Sayembaranya adalah "Lomba proyek pembangunan jembatan yang menghubungkan antara surga dan neraka dalam kurun waktu 30 hari". Yang dianggap memenangkan sayembara adalah siapa dia antara dua kubu tersebut yang mampu menyelesaikan pembangunan jembatan yang lebih cepat.

Hari demi hari pun berlalu sampai akhirnya di luar dugaan pada hari ke 25 salah satu kubu telah berhasil menyelesaikan jembatannya, sedangkan kubu lain masih terpaku di angka penyelesaian jembatan yang tidak lebih dari 30%.

Walhasil, coba tebak sapa yang mampu memenangkan lomba tersebut? Apakah penghuni surga atau penghuni neraka kah yang memenangkannya?

Yup, anda benar... :) Penghuni neraka lah yang memenangkan proyek pembangunan jembatan tersebut. Apa sebab kok penghuni neraka bisa begitu mutlak dan cepat mengalahkan penghuni surga?

Fakta pun ditemukan :

* Ternyata di kubu penghuni neraka terdapat orang-orang penting dan sangat "professional di bidangnya" yaitu sebagai berikut :
1. Para pejabat tinggi yang biasa memberikan izin pendirian proyek, sehingga menjadikan proyek pembangunan jembatan tersebut cepat bisa dilaksanakan.
2. Para pengacara hebat, sehingga proyek tersebut mudah pengurusan maupun pertanggungjawaban secara legal.
3. Para kontraktor besar, yaitu para kontraktor besar yang biasa mainin tender dan ngurangin kualitas, sehingga jembatan itu bisa begitu cepat dibuat.
4. Para pimpinan proyek, bendahara, dan admin keuangan. Mereka terbiasa kongkalikong dengan kontraktor mengenai proyek dan memainkan administrasi pertanggungjawabannya.
5. Para "security kampungan" yang biasa mengamankan proyek melalui jatah "tips keamanan" sehingga proyek pembangunan jembatan tersebut aman dan lancar untuk dilaksanakan.

*Sedangkan apa yang terjadi dengan kubu surga? ternyata para penghuni surga hanyalah terdapat orang-orang biasa.
1. Di sana hanya terdapat guru ngaji yang kehidupannya ditopang dari berjualan gorengan keliling tanpa terpikirkan untuk menjadi insinyur teknik sipil.
2. Para penjaga musholla yang penghasilannya hanya dari menyemir sepatu yang tidak pernah belajar bagaimana membangun jembatan.
3. Para pegawai biasa yang hidupnya di dunia selalu pas2an, ditekan atasan, tidak diberi jabatan dan diasingkan karena tidak mau berbuat curang.
4. Para syuhada yang menjual nyawanya untuk membela kebenaran, bukan ditukar hanya dengan recehan rupiah.
5. Dan orang-orang biasa lainnya yang selalu besyukur atas semua yang ada padanya dan tak pernah lalai menjalankan perintahNya.

Astaghfirullah....mari kita renungkan dan mohon ampun atas kesalahan kita selama ini.
Gambaran apa yang bisa kita ambil? :)

Jumat, 08 Mei 2009

Sibuk Koalisi ( Bagi2 Kekuasaan)


Pemilu sudah terlaksana dengan aman (thats great point) meskipun masih jauh dari kesan JURDIL (baca : jujur dan adil). Masih terlalu banyak penyimpangan baik yang terlihat sistematis maupun hanya kebetulan semata dari carut-marutnya DPT dan so on. Okay then... kita melangkah ke lebih jauh deh. Sampai dengan hari ini tanggal 8 Mei, dan ini adalah hampir sebulan dari penyelenggaran pemilu 9 April kemaren, ternyata belum diperoleh hasil siapa pemenang definitif untuk pemilu legislatif. Padahal dalam janjinya, KPU ( kebetulan ditopang dengan dana IT yang fantastis dan bertempat sangat nyaman di Hotel Borobudur) bisa menyajikan hasil pemilu legislatif pas tepat sebulan setelah pemilu. Dan ternyata janji tinggal lah janji :p, bahkan akhirnya diputuskan untuk menghitung secara manual pula...Nah lucunya di hasil hitungan manual sementara yang menang adalah PDIP, bukan PD yang ditahbiskan sebagai pemenang pemilu legislatif hasil quick count maupun hasil hitungan elektronik sementara KPU.

Belum juga selesai hitung2an siapa pemenang pemilu oleh KPU, e...dodoe ternyata jajaran pengurus elit parpol malah sudah begitu sibuk itung2an koalisi (baca : bagi2 kavling kekuasaan). Suara rakyat yang "katanya" suara Tuhan begitu murah diperdagangkan selayaknya dagang sapi! Para elit begitu mudah berangkulan "menyama2kan platform" sementara grass root begitu kuat sikut2an dari sejak pemilu belum di gelar sekalipun.

Berapa banyak korban rakyat berjatuhan selama kampanye hanya karena membela banner?
Berapa banyak massa partai satu berantem dengan massa partai yang lain hanya untuk sekedar adu bendera partai?
Berapa banyak caci maki beterbaran, menjelek2kan parpol satu dengan lain telah terjadi hanya karena ingin partainya dianggap lebih baik dan layak menang?
Berapa banyak uang dan sembako yang tergelontorkan untuk meraup suara?

Tapi semua itu sia-sia, darah mereka tak berguna, dan suara mereka lenyap! Kenapa ?

Dengan mata kepala sendiri, kita bisa melihat bahwa yang mereka (baca : rakyat dan simpatisan) perjuangkan selama ini tidak dihargai oleh para elit pengurus partai yang dibelanya. Para elit parpol begitu mudah melupakan "pertarungan" yang terjadi di level akar rumput dan ditukarnya dengan bagi2 kekuasaan semu berkedok koalisi.
Sederhananya, "Sapa yang berjuang, eh malah sapa yang menikmati". Simpatisan dan rakyat disuruh berantem sementara elit politik bercanda dan berpelukan saling menukarkan suara dan amanat rakyat yang diembankan kepadanya. So tragic.... sangat lah ironik!

Harusnya para elit malu, mawas diri, bahwa mereka punya tanggungjawab mengemban amanah rakyat. Bukan malah menggunakannya sebagai modal memperebutkan kekuasaan semata! So pity, disgrace...

Kamis, 07 Mei 2009

Bisakah ?


Menangisi tanpa meratapi
Tersenyum tanpa menertawakan

Memberi tanpa mengharap menerima kembali
Menerima kekurangan dengan selalu bersyukur

Mencintai apa adanya bukan karena adanya
Menyayangi dengan tulus meskipun dia ... bukan karena dia ...

Berfikir postif dan menanggalkan setiap kecurigaan
Memandang hormat siapapun bukan karena atribut

Memohon kepadaNya tanpa menyegerakan
Mengabdi kepadaNya tanpa imbalan pahala maupun surga

Menerima ketetapanNya tanpa mempertanyakan
Menjalankan perintahNya karena kebutuhan

Memaafkan dan terus melupakan
Melepaskan dan terus mengikhlaskan

Bisakah?

Selasa, 05 Mei 2009

Hampa


Mendengar sunyi
Melihat kosong

Berkata tak bermakna
Bicara tak terdengar

Jenuh
Letih
Kecewa

Jasad tanpa nyawa
Gelap tanpa cahya

Jiwa pergi
Hati membatu

Maafkan
Lepaskan

Jumat, 01 Mei 2009

(Review) : Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Sariro Soko Busono


Di tulisan sebelumnya, saya sudah mencoba mengulas filosofi jawa Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake. Di kesempatan ini saya mencoba untuk mereview folosofi jawa yang juga sangat terkenal yaitu "Ajining diri soko lathi, ajining sariro soko busono".
Untuk filosofi ini, saya membahasanya dalam 2 hal yang berbeda dan tersendiri, mengingat keduanya memiliki perspektif yang berbeda.

Ajining diri soko lathi ---> ini diartikan bahwa "setiap orang itu dihargai dan dihormati karena lidahnya" dalam artian bisa menjaga tutur kata dengan senantiasa berbicara benar, dapat dipercaya dan tidak berlebihan.

Sungguh esensi yang terkandung sangat lah dalam. Tentu saja kita tidak bakal mudah percaya dengan omongan orang yang baru kita kenal, apalagi omongan orang yang sudah terbiasa kita tau bahwa dia tukang bohong! lain ceritanya ketika kita mendengar perkataan orang alim yang setiap tutur katanya adalah hikmah dan bijak, maka pastilah kita langsung saja sepakat dan mengiyakannya.

Hal ini ternyata mempunyai korelasi yang positif dengan dogma, dimana ternyata Tuhan pun telah memerintahkan kita untuk menjaga lidah :
- Sabda Rasulullah SAW : "Hati-hatilah kamu dengan ini!" dan Rasul pun menunjuk ke arah lidahnya.
- Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasul pun juga pernah bersabda : "Barang siapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam..."

Dari contoh uraian di atas jelas sekali apa yang "seharusnya" dilakukan oleh lidah pun telah diatur. Jika kita tidak bisa berkata yang baik dan memberi manfaat maka jauh lebih baik bagi kita untuk diam, bukannya malah berbicara yang menghasilkan dosa seperti bergunjing (ghibah) dan obral janji (seperti pemilu 9 April kemarin).
Sesungguhnya yang paling utama bagi kita adalah agar senatiasa mengingat bahwa segala hal dalam diri kita akan dimintai pertanggungjawaban, tak terkecuali lidah, mata, kuping, hati dan yang lain. Seperti firman Tuhan dalam QS AL Isra' 36 :"...Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya".

Berbeda dengan ulasan di atas, "Ajining sariro soko busono" ternyata memiliki perspektif yang 180 derajat berbeda. Dimana untuk yang kedua ini jauh lebih menonjol pencitraan diri yang bersifat duniawi.

Ajining sariro soko busono ---> diartikan bahwa "setiap orang dihargai dan dihormati dari penampilan/atributnya". Busono disini bisa diartikan secara harfiah maupun turunannya. Secara harfiah diartikan "baju/pakaian" dan secara turunan dapat diartikan "atribut/pangkat jabatannya".

Kalo kita melihat dari perspektif duniawi, jelas lah hal ini sangat benar. Dimana orang yang berpakain necis, perlente bisa saja sangat dipadang orang meskipun sebenarnya dia hanyalah seorang penipu. Selayaknya pejabat yang sangat disegani padahal dia hanyalah seorang koruptor. Jadi cenderung membuat kita tertipu dengan kemasan dan penampilan, tanpa melihat ke isinya yang lebih dalam.

Hal ini tentu saja terbalik dengan kenyataan bahwa "harga manusia" di mata Tuhan adalah dilihat dari kualitas takwanya. Sebagaimana firman Alloh : "...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu..." ( QS. Al Hujurat :13). Senada dengan apa yang sudah saya uraikan dalam tulisan sebelumnya ("Apa yang membuatmu berharga?") bahwa harkat derajat dan penerimaan terhadap diri kita yang hakiki itu bukanlah karena atribut, baju ataupun pangkat kita. Melainkan ke yang lebih dalam di dalam diri kita, yaitu jiwa dan hati.

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik.
Jagalah lisan kita dan jangan sampai kita terjebak dengan atribut di dunia. Karena atribut hanyalah duniawi, dan dunia adalah kesenangan yang menyengsarakan.

Senin, 27 April 2009

Maafin Aku Tuhan


Ya Alloh...

Aku gaktau darimana perasaan ini muncul
Aku pun tak sadar kenapa kubiarkan rasa ini tumbuh dan berkembang
Kenapa aku bisa sangat mencintai dia?
Kenapa hampir saja aku meng-ilah-kan dia?
Dia hanya makhlukMu tapi begitu sempurna dimataku
Hingga mataku seolah2 terbutakan olehnya
Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha Sempurna


Jika mencintainya adalah hal yang salah, putuskanlah Ya Tuhanku
Hamba begitu kerdil, hamba begitu lemah
Tiada daya dan upaya melainkan Engkau
Dia umatMu ya Alloh, tapi tidak menegakkan agamaMu
Maria pun berkata : "Apakah keyakinan dari Tuhan menghalangi kesucian cinta?"
Dan aku pun sempat berpikiran seperti itu ya Tuhan

Kalo pun perasaan ini hanya mimpi, bangunkanlah aku ya Tuhan...
Jangan biarkan aku terus tertidur...
Biar aku tidak bisa merasakan hangat kehadirannya
Engkaulah Rab yang Maha membolak-balikkan hati
Tetapkan hatiku Ya Alloh

Cukupkanlah Bagiku Ya Tuhan
Kembalikan aku pada JalanMu ya Alloh
Luruskanlah niatku...Bersihkanlah hatiku...
Tetapkan dan ridhloilah langkahku.

Amiien

Republik Paradoks


Tatkala usiaku tak lagi muda dan warna rambutku pun mulai ada yang memutih, saat itu pun aku tersadar bahwa aku berada dalam suatu dunia, di satu negara, dan sebuah republik, yaitu...Republik Paradoks!

"Rules are made to be broken !"

Seolah-olah yang menjadi kenyataan adalah kontra post dari yang menjadi aturan.
Faktual seakan-akan selalu berbenturan dengan normatif.
Diskresi pun diperkenankan tatkala Undang-Undang sudah ditetapkan dan harusnya dipatuhi tanpa pengecualian.
Kebijaksanaan pun diharap-harapkan ketika kebijakan tidak lagi berpihak kepadanya.
Surat sakti beterbangan...katebelece berhamburan....

Yang mencoba menjadi baik dianggap sok alim dan cemen, sedangkan yang berlaku nista dianggap gaul dan keren.
Dengan dalih alasan ekonomi, perilaku "menjual diri" pun seakan-akan dibenarkan.
Aparat pun lebih gemar menggerebek toko miras ketengan, dan tak pernah kuasa untuk menutup pabriknya!?
Aktifis kemanusiaan lebih gemar mengkampanyekan "SAFE SEX, PLEASE" daripada "NO SEX UNTIL MARRIED!" ??

Kenapa selalu ada pengecualian?

Ketika perayaan hari besar agama pun, kenapa yang datang terlambat malah mendapatkan posisi yan begitu terhormat di depan mimbar? Sedangkan rakyat ( mungkin saja jauh lebih mulia dan tinggi derajat takwanya) dibiarkan berdesak-desakan mengantri untuk sekedar masuk tempat ibadah?
Kenapa tidak pernah mencontoh saudara kita Mahmoud Ahmaddinejad?

Katanya semua warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama di mata hukum?
Trus kenapa maling ayam dijatuhi hukuman sebulan..( itupun masih untung, sementara yang lain dikeroyok massa, bahkan dibakar hidup2 ) sedangkan maling duit rakyat milliaran rupiah dibiarkan tersenyum selayaknya selebriti di entertainment gosip?

Adapula pameo jadi2an yang menjadi obrolan di lingkungan kantor sehari-hari:
"Indak boleh korupsi...kecuali terpakso" dan
"Indak boleh selingkuh...kecuali suko samo suko" ???

Sesungguhnya "benar dan tidak" adalah sangat nyata dan berbeda, selayaknya warna putih dan hitam yang begitu kontras. Tetapi dalam kehidupan nyata justru sangat lah sulit ditemui warna hitam dan putih secara tegas, karena keduanya membaur menjadi abu-abu. Yup, Grey area...selalu menjadi favorit sekaligus kambing hitam atas pembenaran.

Republik macam apakah ini, Ya Tuhanku....?

Kamis, 16 April 2009

Out of The Box --> Over The Edge


Kita adalah sebesar apa yang menjadi batasan kita!

Gakda yang istimewa dalam hal memotivasi diri, karena semua sebenarnya udah ada di nurani terdalam setiap manusia. Yang kita perlukan hanyalah sesekali melepaskan atribut, menjernihkan jiwa dan pikiran, menjauh sesaat dari rutinitas yang membelenggu untuk bermuhasabah, meluruskan dan merumuskan kembali tujuan ideal nan mulia yang sudah terpatri indah di hati terdalam.

Cobalah sesekali bertanya pada diri sendiri secara tulus...Apakah yang kita lakukan selama ini sudah baik? Apakah yang kita kerjakan sudah semaksimal mungkin berbanding lurus dengan potensi besar yang ada di dalam diri?
Setiap yang berakal pasti mengetahui mana yang sebaiknya dilakukan dan mana yang seyogyanya ditinggalkan. Terlepas dari semua itu yang membedakan adalah siapa yang berhasil dengan sukses memenangi pertarungan terhadap nafsu "minus"nya dan siapa yang selalu terjebak dengan nafsu dan batasan pemikirannya.


Saya selalu suka dengan perkataan dahsyat "Kita bukanlah orang kecil, melainkan orang besar yang masih kecil" yang sedang tumbuh, berkembang mencapai kondisi ideal sebagai manusia sukses dan bahagia.

Kita seringkali, bahkan dengan sangat arogan "mengkerdilkan", meremehkan kemampuan dan potensi dahsyat yang ada di dalam diri kita. Hal ini tidak terlepas dari cara pikir kita terhadap border dan batasan2 yang seolah-olah selalu ada menyelimuti kita.
Kita seringkali terjebak dengan pengetahuan kita sendiri.

Buku2, literatur dan pemikiran2 tokoh yang kita baca, kata-kata nasehat yang selalu kita terima, kejadian2 yang tiap hari kita saksikan, bahkan lingkungan dimana kita terbiasa hidup, justru menjadi belenggu potensi diri. ---> Semua itu bukannya digunakan untuk mengeksplor potensi diri yang ada, justru menjadikan kita berpikir dan berbuat menjadi biasa. Seringkali kita "hanya" pengen menjadi seperti yang kita baca, berbuat pun seolah2 harus sesuai dengan pemikiran tokoh2 yang kita idolakan. Bukan, bukan lah seperti itu yang seharusnya... Semua yang sudah kita terima hendaknya dijadikan motivasi untuk berbuat lebih bahkan mampu melewati pemikiran maupun kejadian yang sebelumnya. Ini lah yang membuat kita istimewa.

Kita semua pasti pernah mendengar cerita tentang "Kutu anjing". Dimana menurut penelitian, kutu anjing mampu melompat sejauh 200-300 kali lipat dari ukuran tubuhnya. Tetapi apa yang terjadi ketika si kutu anjing tersebut ditaruh dalam kotak korek api selama beberapa minggu? yah, si kutu anjing ternyata tereduksi keampuan melompatnya dengan sangat signifikan... dia hanya mampu melompat paling jauh 100x dari ukuran tubuhnya atau dengan kata lain 2/3 kemampuannya telah hilang (baca : bukan benar2 hilang, tetapi terbatasi dengan lingkungan yang menyelimutinya).
Ternyata selama di dalam kotak korek api pun dia terus melompat, tetapi tiap kali melompat dia terbentur dengan dinding atas kotak korek api yang memenjarakannya. Hal itu selalu berulang sampai dia tidak tersadar telah mengkerdilkan kemampuannya sementara dia sudah tidak lagi di dalam kotak korek api.

Itu hanyalah salah satu gambaran, bahwa kita jangan sampai terlena dan tidak segera tersadar bahwa segala macam atribut, buku, literatur, bahkan lingkungan yang ada di sekitar kita seringkali justru menjadi selimut pembatas kita untuk mengembangkan diri dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik bermodal potensi diri yang ada.

Tinggalkan cara lama!
Kalo masih berfikiran seperti orang lain, masih melakukan hal2 normatif selayaknya orang kebayanyakan, itu tidak membuat kita special. Kita harus berani memeras kemampuan yang ada di diri. Berfikir dan berlaku dengan cara lebih, toh sebenarnya kita mampu. Gakda yang tidak bisa...yang ada hanyalah mau atau tidak!

Thinkin out of the box, over the edge !

Senin, 13 April 2009

Review : ( 9 April 2009 ) "Bangsa Buih"


Omaigot!!!......... Setengah shock, aneh, tapi lebih banyak sedihnya ketika lihat hasil quick count dari berbagai survey baik dari LSI, LP3S maupun lembaga survey yang lain. Ternyata yang menjadi favorit rakyat adalah partai yang (menurut saya pribadi) belum kompeten baik dari segi motor politik maupun "kualitas pengurus dan keanggotaannya". Taruh lah yang menjadi garnis pemanis hanyalah kekuatan lokomotifnya yaitu sebut saja "beliau S" ...No hard feeling buat simpatisannya, hanya kritik pribadi semoga bisa membangun ^^

Hebatnya, ternyata yang non partisan alias GOLPUT hampir 40% dan itu 2x lipat perolehan suara pemenang pemilu. Carut marutnya DPT yang berhak ikut memilih, bagaimana bisa orang udah pada meninggal tetap saja dikasih undangan nyontreng? begitu banyak keluarga yang terlewat dari daftar DPT padahal sehat walafiat dan KTPnya pun ada? Apakah dengan seperti ini masih bisa dikatakan pemilu sukses?

Saya pun berhak memilih (untuk) tidak memilih.Meskipun sebagian besar banyak saudara kita yang sangat ingin menyalurkan aspirasinya tapi tidak bisa karena tidak terdaftar dalam DPT.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, saya pun tidak memilih karena ?
Sistem pemilu tentang popular vote yang menyamaratakan "one man one vote" >>> Menurut saya pribadi, ini sangat lah tidak adil... Kenapa? karena setiap orang dianggap mempunyai nilai suara yang sama! Mungkin Pemerintah beranggapan bahwa setiap WN mempunyai hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul dst (pasal 28) dan berhak untuk dipilih dan memilih. Tapi saya sendiri sangat gak ikhlas dengan ketentuan ini. Mosok suara seorang alim ulama harganya sama dengan suara seorang penjudi, pezina, pemabok, koruptor bahkan narapidana? Adil gak jika suara orang yang berpendidikan bisa membedakan mana yang baik dan buruk, bisa menggunakan akalnya untuk mendukung kemajuan bangsanya, disamakan dengan seorang buta huruf gak lulus SD yang berhitung aja cuma sampai angka 10? Mosok suara orang yang diotaknya hanya ada pikiran banteng maupun beringin ataupun kabah, gak peduli ama yang lain dan fanatik sempit, sama kualitasnya dengan orang yang terbuka dan fair? Dimana sisi keadilan?

Harusnya kualitas dan kuantitas suara dibedakan secara gradual, ada gradingnya... bukan sama rata, satu orang satu suara! Tuhan pun pernah menyinggung kita...."Apakah sama antara orang yang mengetahui(berakal) dengan orang yang tidak mengetahui?"

Toh kalo berdalih bahwa setiap WN punya civil right yang sama sebenarnya juga gak mutlak terbukti benar! Kalo setiap WN punya hak yang sama maka anak SD atau SMP pun harusnya juga bisa memilih untuk menentukan nasib bangsa! Tapi kenyataannya yang berhak milih dibatasi dengan aturan ini itu...dari yg udah berumur 17+, harus punya KTP, dan parahnya punya KTP pun belum tentu bisa milih karena harus tercatat dalam DPT. Permainan macam apa lagi ini?

HANYA TERJADI DI INDONESIA :

- Caleg yang beliaunya sudah meninggal 22 maret lalu, di pemilu kemaren menjadi terpilih no 1 di dapil banten III (Sdr Sutradara Gintings).

- Caleg yang jelas2 ketangkap tangan oleh KPK kasus korupsi, meraih no 1 dengan suara yg sangat2 signifikan di dapil sulsel (Sdr Abdul Hadi Jamal).

Ini yang bodoh sapa?

APAKAH YANG SEPERTI INI MASIH BISA DI KATAKAN SUARA RAKYAT = SUARA TUHAN?

Semurah itukah suara Tuhan? hanya tergadai dengan lembaran rupiah? terbayar dengan seuntai janji?

Saya melihat bangsa kita ini hanyalah seperti buih.... jumlahnya banyak tapi gampang terombang-ambing kesana kemari! Tidak mempunyai konsep dan ideologi yang jelas. Waktu pemilu 1999 booming semuanya merah menang mutlak "konon membela orang yang terzolimi" di pemilu 2004 kemaren mulailah sedikit merapat membiru "konon kapan lagi presidennya ganteng?" dan mencapai klimaksnya di pemilu 2009...Lanjutkan...padahal di benak yang milih hanya terkesima dengan sosok "beliau S" sehingga rela menitipkan suaranya tanpa mengetahui siapa yang dititipkan, dan bagaimana moralitas dan kapabilitasnya? So pity...

Fenomena apakah ini Saudara-saudaraku?

Bukan mata yang tidak bisa melihat...bukan pula telinga yang tidak bisa mendengar, melainkan hati yang telah buta dan tuli.

Jangan menjadi bodoh dan mau dibodohi! Karena bodoh menjadikan kita miskin, dan miskin mendekatkan kita pada kekufuran...!

Saya cuma bisa berharap, semoga yang terpilih menjaga amanah, dan yang sudah memilih senantiasa berdoa dan mengawasi semoga Beliau2 yang terpilih tetap berada di jalur yang benar demi kemajuan republik ini... Amiin

Rabu, 08 April 2009

Benarkah Mens Sana in Corpore Sano?


Gak tau kenapa tiba-tiba teringat kalimat mahsyur dari bahasa latin "mens sana in corpore sano" yang diperkenalkan pertama kali waktu masih duduk di bangku sekolah dulu di mata pelajaran Penjaskes (baca : pendidikan jasmani dan kesehatan)hehehe.

Setelah mencoba memperhatikan, mengingat, dan menimbang, akhirnya saya pun mencoba memutuskan (hehehe, kek bahasa hukum aja neh) apakah falsafah latin tersebut masih relevan dengan realita kehidupan sekarang ini.

Mens sana in corpore sano diartikan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Sekarang coba kita perhatikan dengan lingkungan kita, apakah hal demikian benar terjadi?

Ketika anda berkendaraan atau pun jalan2 pasti pernah nemuin orang kurang waras (baca : gila) yang sebenarnya kalo dilihat dari fisiknya sangatlah kuat dan sehat. Bahkan maaf aja, di bilangan halte sekolahan di bungur pernah saya jumpai juga orang gila tapi bisa mengandung dan melahirkan anaknya. Bagaimana orang bisa mengandung dan melahirkan sedangkan raganya tidak dalam keadaan sehat?

Contoh lain adalah ketika umur sudah mulai uzur pastilah disertai dengan penurunan fungsi motorik dan kesehatan badan secara keseluruhan. Harusnya ketika kesehatan badannya berkurang maka jiwanya pun pasti mengalami penurunan bukan? tapi kenyataannya tidak. sering saya jumpai orang yang sudah begitu renta, bahkan sudah lumpuh tidak lagi bisa berjalan beliaunya bisa sangat menikmati hidup, jiwanya menjadi begitu bersih. Memandang segala sesuatu jauh lebih bijak dan malah semakin menyibukkan dirinya untuk berbekal mendekat kepada Sang Penciptanya.

Di kalangan artis, kita semua pasti tau Subardi alias "pepenk jari2". Dia megalami sakit langka yang luar biasa berat berupa kelumpuhan dimana imunitas tubuhnya selalu menurun dan belum diketahui obat penyembuhnya, dan penyakit ini sangat jarang dijumpai penderitanya di dunia. Secara fisik dia sangat lah lemah, hampir semua kemampuan organnya melemah, bahkan hanya menyandarkan badannya di atas tempat tidur. Tapi apa hebatnya? Meskipun fisiknya sangat lah lemah, tapi jiwa dan daya pikirnya justru sangat2lah hidup dan berkembang. Pepenk menjadi begitu sangat religius, mampu menorehkan tulisan2 berkualitas, bahkan sekarang sedang melaksanakan studi doktoralnya jarak jauh melalui internet di tempat tidur. Dia mempunya azzam yang begitu kuat, jauh melebihi orang-orang yang secara fisik badannya jauh lebih kuat dan sehat.

Fenomena apakah ini?

Ternyata Nabi pun pada zaman dahulu kala sudah mengcapturenya. Dalam riwayat Imam Ahmad, Nabi mengutarakan bahwa "Sesungguhnya, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Jika ia baik, baiklah seluruh pribadinya, jika ia rusak, rusaklah seluruh pribadinya. Ingatlah, segumpal darah itu adalah hati." Sebagaimana kita tau bahwa hati disini merefer ke dalamnya nurani dan kebersihan jiwa/ruh kita.

Kekuatan dan kesehatan fisik bukanlah ukuran untuk mempotret diri apakah jiwanya sehat atau bermasalah. Justru sebaliknya.... Dengan Jiwa yang sehat maka orang pasti akan mampu tetap berkembang meskipun mempunyai kelemahan/kekurangan fisik.

Kekurangan fisik hanyalah karunia lebih atas kesempurnaan...

Senin, 06 April 2009

Ternyata

Ternyata

"malam terlalu panjang jika hanya dihabiskan tuk tidur"

dan

"siang pun terlalu berharga jika hanya untuk berbuat sia-sia"

hidupkan malammu...
maknai siangmu...

Minggu, 05 April 2009

Kekasih Penguasa waktu



Senja begitu teduh menghantarkan lembayung di hadapan mata.
Saatnya dia pergi, saatnya ada yang mengganti.
Malam pun tersipu malu menghadapkan wajahnya.
Tuk sekejap, malam pun harus kembali ke peraduannya diiringi ranumnya cahya sang fajar membangunkan pagi.
Apakah pagi terus bertahan?
Saatnya siang datang tuk menghangatkan bumi.
Sampai tibalah waktu tuk mentari bergegas bersembunyi dibalik indahnya jingga di sore hari.
Hal itu terus berputar, kejadian itu terus berlanjut.
Keteraturan itu selalu terjaga sampai akhir waktu yang akan tiba.
Aku tak mau terpaku menunggu, aku pun enggan tuk termangu.
Aku harus bersiap... Aku harus berbekal...
Aku tak mau mengecewakan Dia terkasih yang telah menunggu di ujung waktu.
Kekasihku yang memberikanku kebebasan...
Kekasih yang menitipkan kepadaku kehidupan...
Kekasih yang berharap akan kesetiaan dan ketulusanku.
Kekasihku....
Sang Penguasa waktu.

Jumat, 03 April 2009

Jangan Jadi Lilin !


Dunia terlalu naif memandang kebahagiaan. Begitu banyak pameo bersliweran yang mengatakan "aku bahagia jika engkau bahagia" hahaha, such a lil bullshit.

Bagaimana orang bisa membahagiakan orang lain jika dirinya sendiri jauh dari kata bahagia?

Yang ada hanyalah keterpura-puraan, full of hipocrity. Bibirnya menyunggingkan senyum simpul sementara hatinya menangis menyisakan lubang menganga.

Kehidupan yang normatif telah mengajarkan kita bagaimana berlaku normal. Di setiap sudut kehidupan selalu ada tatacara dan hukum yang mengaturnya. Di level profesional pun selalu diikat dengan SOP dan kode etik. Sebagai contoh sederha di dunia penerbangan misalnya, Ketika kita berpergian dengan pesawat pun, flight attendant selalu melaksanakan SOPnya, memberikan briefing tentang tatacara dan aturan penerbangan. Salah satunya adalah dalam hal jika terjadi turbulensi dimana tekanan kabin mendadak ngedrop sehingga masker oksigen jatuh dari atas. Disitu diperintahkan para orang tua untuk memakai masker oksigen sendiri sebelum membantu memakaikannya pada anaknya. Salah satu gambaran lagi jika terjadi kondisi pesawat akan mendarat darurat di perairan, maka para pramugari pun mengarahkannya supaya para orang tua mengambil life vest yang ada di bawah kursi untuk dipakainya sebelum dia memakaikan pelampung yang lain untuk anaknya.

Pelajaran apa yang bisa kita peroleh di atas? Itu hanyalah hal sederhana dan ma'fum. Kita bisa menolong orang lain, even yang sangat kita cintai hanya jika kita dalam kondisi "SIAP". Sebegitu pula kita bisa membahagiakan orang lain, tatkala kita sendiri sudah "cukup bahagia".

Fenomena menarik yang lain bisa kita dapatkan dari proses terbakarnya lilin. Lilin begitu bodoh (baca : sebagian besar orang "naif" menyebutnya mulia) rela menghanguskan dan menghabiskan dirinya demi menerangi kegelapan disekitarnya. Bukan hal seperti itu yang diharapkan oleh Tuhan. Bukan lah pengorbanan itu berbanding lurus dengan suicide dan kepasrahan yang lemah.

Kebahagiaan adalah bersumber dari diri sendiri. jangan lah sekali-kali kalian menyandarkan kebahagiaan pada yang lain, karena jika demikian maka bersiap-siaplah untuk kecewa, sakit hati dan ditinggalkan. Bahagiakan dirimu dengan menghargai, menghormati, dan mengembangkan diri.

Bahagiakan dirimu, niscaya sinar kebahagiaanmu akan berpendar membahagiakan sekelilingmu!

Menyederhanakan Mimpi


Melalui mimpi yang dikerucutkan menjadi harapan, ditajamkan menjadi tujuan dan diwujudkan melalui perbuatan, Soichiro Honda pun mampu menciptakan HONDA, Salah satu perusahaan otomotif dan robotik terbesar di dunia. Itu hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak keberhasilan dan kesuksesan yang diawali dari sebuah mimpi sederhana.

Banyak orang terjebak dengan mimpi...terbuai dengan khayalan, dan hidup dengan keterpura-puraan. Emang lah tepat bahwa dengan mimpi dan berharap kita menjadi tetap hidup, tetapi perlu disadari mimpi yang sejauh apa yang bisa tetap membangunkan kita terjaga dalam kenyataan hidup.

Dan ternyata Tuhan pun telah mengajak hambaNya untuk bermimpi dan mewujudkannya, yaitu dalam firmanNya Ar Rahman : 33 "Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu bisa menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi maka tembuslah...". Apakah ayat tersebut masih menjadi sekedar mimpi di 21th century sekarang ini, kawan? dan ternyata tidak... Tantangan dan mimpi itupun sekarang telah menjadi kenyataan.

Menyederhanakan mimpi hanyalah kata lain dari "mengejawantahkan" mimpi ke dalam suatu perbuatan, tindakan nyata! Bukan hanya sebagai wacana, bukan hanya ada di angan-angan. Bayangkan dan wujudkan!

Hidup Untuk Berguna !



Ada kalanya kita merasa bahwa apa yang kita alami, kejadian yang berentetan, bahkan apa yang berlaku di diri kita adalah tidak adil dan tidak fair (tentu saja menurut perspektif pribadi kita). Seakan-akan kita ingin berteriak dan menggugat keadilan Tuhan... "Tuhan, tolonglah hambaMu!" "Tuhan, dimana keadilanMu?"

Apakah Tuhan tidak adil? Apakah Tuhan sudah mendzalimi kita?
Kita merasa hidup kita begini-begini aja, statis, gakda perubahan, dan tidak memberikan manfaat bagi yang lain...Salah siapakah?

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang telah diciptakan oleh Tuhan, bukanlah malaikat bukan pula jin dan sejenisnya. Manusia dianugerahi akal, ketaatan, begitu pula diselimuti dengan segenggam nafsu. Itulah yang menjadikan manusia begitu sempurna... Tapi kenapa kesempurnaan kita justru terlihat begitu kecil dibanding ketaatan malaikat kepadaNya?

Kita diberikan kehidupan oleh Tuhan untuk maju...!
Hidup adalah "BERGERAK", ada pula jargon hidup adalah perbuatan. Bahkan esensi dinamisnya kehidupan manusia itu sendiri telah di-nas-kan Tuhan dalam coretanNya. Manusia bakal menjadi seonggok daging hidup tanpa makna, menjadi mayat hidup hanya karena dia tidak bergerak dan berubah maju ke arah yang baik. Dalam "Ar Ra'du : 11" "Sesungguhnya Alloh tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"

Dalam sabdanya Nabi pun pernah berujar "Antum a'lamu bi umuridunyakum"(Kalian lebih mengerti tentang duniamu daripada aku). Nabi membimbing kita untuk berkembang sesuai dengan keahlian kita, disiplin ilmu kita, maupun ladang berkreasi kita. Jika sesuatu diserahkan pada bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Oleh sebab itu tiap2 manusia harus menjadi profesional untuk di setiap detil lingkungan kehidupannya. Menjadi komponen yang saling melengkapi dan saling menguatkan satu dengan yang lain dalam bangunan kehidupan .

Jelas sekali bahwa Tuhan dan pembantunya pun mengharap kita bergerak, berusaha...bukan diam membisu tak berarti. Jangan biarkan Tuhan malu karena telah menciptakan kita...! Buktikan kita bisa berubah, bergerak dan berguna, Insyaalloh.

Kamis, 02 April 2009

Siapakah Aku?


Aku adalah apa yang aku tutupi...
Aku adalah apa yang aku sembunyikan...

Aku bukanlah sesuatu yang dibangga2kan...
Aku bukanlah sesuatu yang membahagiakan...

Aku ialah yang aku coba hapuskan...
Aku ialah yang aku coba tuk musnahkan...

Aku adalah cacat...
Aku adalah kekurangan...

Aku begitu rapuh dan kecil...
Aku begitu lemah dan pasrah...

Itulah sebenar-benarnya Aku!

Pudar

WajahNya tak secantik dulu...
ParasNya tak lagi menawan
WangiNya tak semerbak dulu...
SenyumNya tak lagi indah

Dia mulai jauh
Dia mulai pudar

Tidaaakkkk....!!!
Bukaannn....!!!
Tidaklah Dia sudah menjauh darimu...
Bukanlah Pesonanya telah memudar...

Tapi hatimu...Tapi jiwamu...
Mereka telah membeku, mereka pun terus membatu.
Akalmu telah dikuasai nafsumu...
Fikirmu pun terbelenggu duniamu.

Bukan lah Dia telah pudar...
Keyakinanmu lah yang telah berpendar...

Nglurug Tanpo Bolo...Menang Tanpo Ngasorake !


Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake..... menurut saya, filosofi jawa ini sangatlah dahsyat! memupuk diri, menjadikan jiwa pemberani...sifat pemenang dengan begitu elegan.

Nglurug tanpo bolo : Mendatangi tanpa bantuan >>> artinya "berani menghadapi siapapun, permasalahan apapun tanpa mengharapkan bala bantuan dari orang lain" Semua disandarkan pada kemampuan diri sendiri, perwujudan dari sikap gentleman sejati!

Menang tanpo ngasorake : Menang tanpa menghinakan >>> artinya "menempuh kemenangan dengan cara elegan, tanpa harus mempermalukan lawan yang dikalahkan" Menang dengan berjiwa besar menjadikan si kalah tetap bisa menegakkan kepalanya tanpa harus diselimuti nista dan hinadina!

Kalo boleh direwind, dahulu kala di jazirah arab, ada sesosok manusia buta huruf tapi sangat2 cerdas dan amanah yang bisa dijadikan contoh nyata bagaimana "nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake" dilaksanakan. Iya, benar... peristiwa "fathul makkah"! Dimana kabah bisa diambil alih oleh kaum muslimin tanpa harus berdarah-darah, dengan cara sangat mulia dan elegan, bahkan pimpinan jahiliyah pun bisa begitu terpesona dan akhirnya merendahkan diri dan hati untuk bergabung bersamanya.

Masihkan falsafah hebat seperti itu kita jumpai dalam kehidupan keseharian kita kawan?
Jujur....sangat jarang kita temuin lagi seorang juara yang pemberani nan elegan.

Semuanya terasa begitu bangga jika mampu mengolok2 rival...
begitu bahagia jika aib kompetitor tersebar luas menjadi bahan obrolan di setiap sudut jalan..
Mungkin falsafah "sudah jatuh tertimpa tangga" adalah yang paling laris manis menggambarkan pihak yang kalah bersaing dalam kehidupan sekarang ini...

Cara-cara culas nan picik senantiasa berkeliaran demi sebuah "kemenangan semu"...jabatan...kekayan....bahkan wanita???
Bagaimana di perusahaan, di hierarki birokrasi pemerintahan terjadi siasat injak bawah, sikut samping, dan sembah atasan adalah hal yang "dianggap" lazim biasa dan dibenarkan?

Tanya kenapa? Kita semua tahu apa jawabnya....

Sunatullah : Harmoni


Dan angkasa pun tidak terbentuk dengan sendirinya...
Langit nan indah pun pasti ada yang menopangnya...
Sang bumi pun berdiri kokoh karena ada yang memangkunya...

Pernahkah terpikir kenapa siang selalu meninggalkan malam?
Selayaknya pagi enggan bersapa dengan senja di sore hari...

Keberhasilan hanyalah efek positif dari usaha...
Sedemikian kegagalan yang manja menggelayutinya!

Dibalik kehidupan adalah kematian...
Disamping kebahagiaan selalu tersandar kepiluan!

Man jadda wa jadda...
Siapa pun yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya!

Tak perduli apapun etnisnya, gendernya, bahkan agamanya....
Itulah sunatullah....keadilan Tuhan....keindahan harmoni !

Apa yang membuatmu berharga?



Kadang kita lupa merendahkan diri...mencoba merasuki dalamnya nurani kita, sebenarnya apa sih yang membuat kita hidup? Apa sih yang membuat hidup kita bermakna? dan apa sih yang membuat hidup kita begitu berharga?

Ada suatu percakapan seorang Bapak tua yang alim dengan anak kecil tercintanya :

Bapak : "Nak, Hewan apa yang kamu takuti?"
Anak : "Harimau ayah......

Bapak : "Kenapa engkau takut dengan harimau, wahai anakku?"
Anak : "Karena harimau punya cakar yang kuat dan taring yang tajam yang bisa membunuhku ayah"

Bapak : "Bagaimana dengan harimau MATI, masih takutkah engkau nak?"
Anak : "Ya tentu tidak lah yah....

Bapak : "Kenapa engkau tidak lagi takut nak?"
Anak : "Karena harimau sudah tidak punya ruh, tidak bernyawa yah....tidak lagi bisa mencakar atau pun menggigitku.

Bapak : "Nah, itulah nak gambaran manusia.... Manusia begitu disegani, dihargai dan dihormati karena ruhnya...karena jiwanya... Tumbuhkanlah jiwamu nak, siramilah rohanimu nak dengan senantiasa takut dan berserah mendekat kepadaNya, Insyaalloh kita tetap menjadi mulia meskipun sudah tiada.

"Bagaimana Orang bisa hidup dengan jiwa yang mati....? Dia hanya lah laksana mayat hidup yang tidak berguna, yang hidup hanya karena atribut dan kelengkapannya"

"Karena atribut, jabatan, dan kekayaan adalah milikNya...sangat lah mudah bagiNya untuk mengambil kembali ataupun mempertukarkan kepada yang lain. Hidupkan lah jiwamu nak.... pupuk dan kembangkanlah rohanimu....

Welcome to my world !


Alhamdulillah, akhirnya kesempetan juga bikin blog... sangat2 terlambat emang, hehe. Tapi kata orang bijak " gakda salahnya untuk memulai, gakda kurangnya untuk belajar ".

Merangkak pun bagi seorang yang duduk adalah bergerak, melangkah maju...
Sedemikian pula berlari, jauh lebih bergerak ke arah maju daripada yang senantiasa sekedar berjalan...

Saya mencoba menorehkan pikiran, gagasan, dan pelajaran hidup apa yang diperoleh selama ini. Jadi blog ini bukanlah semacam diary ataupun catatan harian, melainkan curahan hati seorang hamba untuk mencoba memahami dan memaknai arti kehidupan.

Dengan nama Alloh Tuhan Yang Maha Teratur... Semoga "Membumikan Langit" sebuah blog sederhana dari makhluk yang kecil bisa bermanfaat dan menjadi pencerahan bagi yang senantiasa tertidur, terlelap dalam "kebiasaan" yang sangat melemahkan.


Regards,


de Messenger