Omaigot!!!......... Setengah shock, aneh, tapi lebih banyak sedihnya ketika lihat hasil
quick count dari berbagai survey baik dari LSI, LP3S maupun lembaga survey yang lain. Ternyata yang menjadi favorit rakyat adalah partai yang (
menurut saya pribadi) belum kompeten baik dari segi motor politik maupun "kualitas pengurus dan keanggotaannya". Taruh lah yang menjadi garnis pemanis hanyalah kekuatan lokomotifnya yaitu sebut saja "beliau S" ...
No hard feeling buat simpatisannya, hanya kritik pribadi semoga bisa membangun ^^
Hebatnya, ternyata yang non partisan alias
GOLPUT hampir
40% dan itu 2x lipat perolehan suara pemenang pemilu. Carut marutnya DPT yang berhak ikut memilih, bagaimana bisa orang udah pada meninggal tetap saja dikasih undangan nyontreng? begitu banyak keluarga yang terlewat dari daftar DPT padahal sehat walafiat dan KTPnya pun ada? Apakah dengan seperti ini masih bisa dikatakan pemilu sukses?
Saya pun berhak memilih (untuk) tidak memilih.Meskipun sebagian besar banyak saudara kita yang sangat ingin menyalurkan aspirasinya tapi tidak bisa karena tidak terdaftar dalam DPT.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, saya pun tidak memilih karena ?
Sistem pemilu tentang
popular vote yang menyamaratakan
"one man one vote" >>> Menurut saya pribadi, ini sangat lah tidak adil... Kenapa? karena setiap orang dianggap mempunyai nilai suara yang sama! Mungkin Pemerintah beranggapan bahwa setiap WN mempunyai hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul dst (pasal 28) dan berhak untuk dipilih dan memilih. Tapi saya sendiri sangat gak ikhlas dengan ketentuan ini. Mosok suara seorang alim ulama harganya sama dengan suara seorang penjudi, pezina, pemabok, koruptor bahkan narapidana? Adil gak jika suara orang yang berpendidikan bisa membedakan mana yang baik dan buruk, bisa menggunakan akalnya untuk mendukung kemajuan bangsanya, disamakan dengan seorang buta huruf gak lulus SD yang berhitung aja cuma sampai angka 10? Mosok suara orang yang diotaknya hanya ada pikiran banteng maupun beringin ataupun kabah, gak peduli ama yang lain dan fanatik sempit, sama kualitasnya dengan orang yang terbuka dan fair? Dimana sisi keadilan?
Harusnya kualitas dan kuantitas suara dibedakan secara gradual, ada gradingnya... bukan sama rata, satu orang satu suara! Tuhan pun pernah menyinggung kita....
"Apakah sama antara orang yang mengetahui(berakal) dengan orang yang tidak mengetahui?"Toh kalo berdalih bahwa setiap WN punya
civil right yang sama sebenarnya juga gak mutlak terbukti benar! Kalo setiap WN punya hak yang sama maka anak SD atau SMP pun harusnya juga bisa memilih untuk menentukan nasib bangsa! Tapi kenyataannya yang berhak milih dibatasi dengan aturan ini itu...dari yg udah berumur 17+, harus punya KTP, dan parahnya punya KTP pun belum tentu bisa milih karena harus tercatat dalam DPT. Permainan macam apa lagi ini?
HANYA TERJADI DI INDONESIA :- Caleg yang beliaunya sudah meninggal 22 maret lalu, di pemilu kemaren menjadi terpilih no 1 di dapil banten III (Sdr Sutradara Gintings).
- Caleg yang jelas2 ketangkap tangan oleh KPK kasus korupsi, meraih no 1 dengan suara yg sangat2 signifikan di dapil sulsel (Sdr Abdul Hadi Jamal).
Ini yang bodoh sapa?
APAKAH YANG SEPERTI INI MASIH BISA DI KATAKAN SUARA RAKYAT = SUARA TUHAN?
Semurah itukah suara Tuhan? hanya tergadai dengan lembaran rupiah? terbayar dengan seuntai janji?
Saya melihat bangsa kita ini hanyalah seperti buih.... jumlahnya banyak tapi gampang terombang-ambing kesana kemari! Tidak mempunyai konsep dan ideologi yang jelas. Waktu pemilu 1999 booming semuanya merah menang mutlak "konon membela orang yang terzolimi" di pemilu 2004 kemaren mulailah sedikit merapat membiru "konon kapan lagi presidennya ganteng?" dan mencapai klimaksnya di pemilu 2009...Lanjutkan...padahal di benak yang milih hanya terkesima dengan sosok "beliau S" sehingga rela menitipkan suaranya tanpa mengetahui siapa yang dititipkan, dan bagaimana moralitas dan kapabilitasnya? So pity...
Fenomena apakah ini Saudara-saudaraku?
Bukan mata yang tidak bisa melihat...bukan pula telinga yang tidak bisa mendengar, melainkan hati yang telah buta dan tuli.
Jangan menjadi bodoh dan mau dibodohi! Karena bodoh menjadikan kita miskin, dan miskin mendekatkan kita pada kekufuran...!
Saya cuma bisa berharap, semoga yang terpilih menjaga amanah, dan yang sudah memilih senantiasa berdoa dan mengawasi semoga Beliau2 yang terpilih tetap berada di jalur yang benar demi kemajuan republik ini... Amiin